'Krisis' di Venezuela, Warga Lakukan Penjarahan

Rizki Nurmansyah Suara.Com
Jum'at, 19 Mei 2017 | 03:03 WIB
'Krisis' di Venezuela, Warga Lakukan Penjarahan
Tampak barang-barang yang ada di salah satu supermarket di Tachira ludes tak tersisa setelah terjadi aksi penjarahan pada, Rabu (17/5/2017). [AFP/George Castellanos]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Venezuela mengirimkan 2.000 prajurit pada, Rabu (17/5/2017) waktu setempat, ke negara bagian di perbatasan yang merupakan titik nyala gerakan radikalisme anti-pemerintah setelah penjarahan yang menewaskan seorang remaja 15 tahun dalam kerusuhan terbaru di negara tersebut.

Kebanyakan toko dan tempat usaha di San Cristobal, ibu kota negara bagian Tachira di perbatasan Kolombia, ditutup dan dijaga oleh tentara pada Rabu, meskipun penjarahan berlanjut di beberapa sektor miskin, kata penduduk setempat.

Orang-orang mengambil barang-barang termasuk kopi, popok bayi dan minyak goreng di negara penghasil minyak, OPEC, di mana krisis ekonomi brutal telah membuat bahan pokok dan obat-obatan menghilang dari pasaran di negeri itu.

Barikade sampah, ban mobil, dan pasir berserakan di jalanan dan kehidupan sehari-hari berantakan di kota yang juga menjadi titik nyala selama gelombang kerusuhan 2014 terhadap Presiden sayap kiri Nicolas Maduro itu.

Baca Juga: 10 Mobil Tabrakan Beruntun Tol Cipularang, 3 Wafat dan 26 Luka

Ratusan ribu orang telah turun ke jalan-jalan di Venezuela sejak awal April menuntut di selenggarakannya pemilihan umum, pembebasan aktivis yang dipenjara, bantuan luar negeri dan kekuasaan otonom untuk badan legislatif yang dipimpin oposisi.

Pemerintah Maduro menuduh mereka mencoba melakukan kudeta dengan kekerasan dan mengatakan jika para pengunjuk rasa tidak lebih dari "teroris." Perusahaan minnyak negara PDVSA juga menyalahkan pemblokiran sebagai penyebab kekurangan bensin di negara itu, Rabu.

Di Tachira, remaja Jose Francisco Guerrero ditembak mati dalam serentetan aksi penjarahan, kata kerabatnya.

"Ibuku menyuruh saudaraku untuk membeli tepung dan beberapa saat kemudian, kami menerima telepon mengatakan ia sudah terluka oleh peluru, "kata saudara perempuannya Maria Contreras, saat menunggu jenazahnya dibawa ke kamar jenazah San Cristobal.

Kantor kejaksaan mengkonfirmasi kematiannya, yang menjadikan total korban tewas dalam enam minggu kerusuhan setidaknya 43 orang, sama dengan aksi protes pada 2014.

Baca Juga: Diseruduk Truk Tronton, 10 Mobil Terlibat Tabrakan Beruntun

Sementara itu Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa memberikan perhatiannya pada krisis yang terjadi di Venezuela untuk pertama kalinya pada Rabu sebagai tindaklanjut atas peringatan Amerika Serikat terhadap konsekuensi "ketidakstabilan serius" di negara tersebut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI