Insiden Meriam Meletus di Natuna, 4 Prajurit TNI Meninggal Dunia

Reza Gunadha Suara.Com
Kamis, 18 Mei 2017 | 11:33 WIB
Insiden  Meriam Meletus di Natuna, 4 Prajurit TNI Meninggal Dunia
Ilustrasi personel TNI AD. (Suara.com/Adrian Mahakam)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebanyak empat prajurit TNI AD meninggal dunia dan delapan lainnya luka-luka akibat insiden meletusnya meriam saat latihan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI di Natuna, Kepulauan Riau, Rabu (17/5/2017).

Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen TNI Alfret Denny Teujeh mengatakan, insiden tersebut terjadi dalam latihan pendahuluan PPRC TNI yang dilaksanakan pada Rabu sekitar pukul 11.21 WIB.

“Ketika itu, salah satu pucuk Meriam Giant Bow dari Batalyon Arhanud 1/K yang sedang melakukan penembakan mengalami gangguan pada peralatan pembatas elevasi, sehingga tidak dapat dikendalikan,” terangnya.

Ia mengatakan, keempat prajurit yang meninggal tersebut berasal dari satuan Yon Arhanud I Kostrad. Semua korban tewas maupun luka dibawa ke rumah sakit setempat.

Baca Juga: Identitas Empat Prajurit TNI Meninggal karena Meriam

Denny mengungkapkan, TNI sedang menginvestigasi seluk-beluk kejadian tersebut. Puncak latihan PPRC rencananya digelar, Jumat (19/5), dan dihadiri Presiden Joko Widodo.

Berdasarkan informasi yang diperoleh, keempat prajurit yang tewas itu ialah Komandan Baterai (Danrai) Kapten Arh Heru Bayu; Pratu Ibnu Hidayat; Pratu Marwan; dan, Praka Edy.

Sementara prajurit luka-luka, yakni Pratu Bayu Agung, Serda Alpredo Siahaan, Prada Danar, Sertu B Stuaji, Serda Afril, Sertu Blego Switage, Pratu Ridai Dan Pratu Didi Hardianto.

Herman, warga Natuna, menyatakan seluruh korban dibawa dengan mobil ambulan dan kendaraan roda empat lainnya menuju Rumah Sakit Umum Daerah Natuna, sekitar pukul 12.00 WIB.

Dia sendiri melihat peristiwa itu sekitar pukul 12.00 wib, sampai sebelum anggota TNI mengawal rumah sakit tersebut.

Baca Juga: Kemenkes-TNI Atasi Masalah Kesehatan di Daerah Tertinggal

"Saya sempat melihat enam korban dibawa dengan ambulan menuju rumah sakit. Saya juga lihat korban di rumah sakit," ujarnya.

Ia mengatakan, informasi terkait korban dalam latihan PPRC itu berkembang cepat di Natuna.

"Banyak warga penasaran, tetapi akses untuk mendapatkan informasi lanjutan sangat tidak memungkinkan karena dijaga ketat," ucapnya.

Menurut dia, jumlah wartawan di Natuna terbatas. Pada rumah sakit tersebut juga tidak ada wartawan yang bisa meliput mendalam, karena dikawal ketat anggota TNI AD.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI