Dua Imam Kristen Ortodoks Mogok Makan Dukung Pejuang Palestina

Reza Gunadha Suara.Com
Selasa, 16 Mei 2017 | 11:20 WIB
Dua Imam Kristen Ortodoks Mogok Makan Dukung Pejuang Palestina
Dua pemuka agama Kristen Yunani Ortodoks Gregory Lahham III (kiri) dan Atallah Hanna (kanan). [Arab America]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Solidaritas terhadap pejuang Palestina yang menggelar aksi mogok makan di dalam penjara Israel, terus berdatangan. Termutakhir, dua pemimpin Kristen Yunani Ortodoks ikut mogok makan sebagai bentuk solidaritas.

Kedua pemuka agama Kristen Yunani Ortodoks yang berbasis di Palestina itu, seperti dilansir laman Arab America, adalah Gregory Lahham III dan Atallah Hanna. Keduanya mulai mogok makan sejak Rabu (10/5/2017) pekan lalu.

“Kami melakukan aksi ini untuk memberikan pesan kepada saudara kami di dalam penjara Israel, bahwa mereka tidak pernah sendirian. Ini juga pesan kepada dunia, agar ikut mendesak Israel mengakhiri kebijakan agresi dan diskriminatifnya,” tutur Lahham.

Lahham yang kekinian berusia 83 tahun, Sabtu (6/5),  mengirimkan surat pernyataan mengundurkan diri sebagai imam gereja di Yerusalem dan Iskandariah kepada Paus Fransiskus di Vatikan.

Baca Juga: Pizza Hut Israel Bikin Iklan Ejek Tahanan Palestina

Pengunduran diri itu dilakukan Lahham sebagai bentuk protes atas penindasan rakyat Palestina.

Sedangkan Attalah, imam Gereja Kristen Yunani Ortodoks Yerusalem, mengatakan mogok makan hingga Israel memperlakukan tahanan Palestina sesuai standar kemanusiaan.

“Rakyat Palestina adalah pemilik tanah ini, dan sudah seharusnya mereka mendapat kebebasan. Saya akan terus mendukung perjuangan rakyat Palestina,” tegasnya.

Sebelumnyam, sejumlah mahasiswa di Manchester, Inggris, ikut melakukan aksi mogok makan untuk bersolidaritas terhadap pejuang Palestina.

Huda Ammori, pemimpin aksi, mengatakan mogok makan itu juga menjadi bentuk desakan internasional terhadap Israel.

Baca Juga: Hamas Palestina: Terima Kasih Kim Jong Un dan Rakyat Korea Utara

”Kami bersolidaritas terhadap tahanan Palestina di penjara Israel yang juga melakukan aksi mogok makan. Aksi ini juga untuk mendesak pihak universitas untuk berhenti mendukung Israel,” tutur Huda, seperti dilansir Aljazeera, Kamis (27/4/2017).

Ia mengatakan, kelima peserta aksi tak bakal berhenti mogok makan sebelum pihak universitas memenuhi tuntutan mereka.

Huda menuturkan, universitas tempatnya berkuliah menunjukkan sikap yang mendukung pemerintahan agresor Israel.

Itu setelah universitas memberikan hukuman kepada dua mahasiswa yang mengikuti aksi boikot terhadap pendudukan Israel di wilayah Palestina.

Selain itu, University of Manchester juga memunyai kontrak kerjasama serta berinvestasi di sejumlah perusahaan yang mendukung pemerintah rasial Israel seperti Caterpillar.

Aksi mogok makan mahasiswa tersebut mendapat dukung dari mahasiswa lain dan juga dosen. Selain melakukan aksi mogok makan, mereka juga menggalang petisi agar universitas membatalkan hukuman terhadap dua mahasiswa pro-Palestina.

Untuk diketahui, sejak pertengahan April 2017, ribuan warga Palestina yang menjadi tahanan politik di penjara Israel melakukan aksi mogok makan.

Aksi itu untuk memprotes perlakuan sewenang-wenang dan brutal sipir penjara. Mereka juga menuntut adanya pelayanan kesehatan dan dibolehkan menerima kunjungan pihak keluarga.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI