Kepolisian Daerah Metro Jakarta Raya tidak akan menyelenggarakan sayembara untuk menangkap orang yang menyerang penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi Novel Baswedan dengan air keras.
"Nggaklah. Nanti masyarakat malah asal-asalan lagi. Nangkap lagi. Kan ciri-ciri saja belum tahu," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Raden Prabowo Argo Yuwono kepada Suara.com, Senin (15/5/2017).
Ide agar polisi membuat sayembara muncul setelah sekian lama polisi belum juga berhasil mengidentifikasi dua pengendara sepeda motor jenis matic yang menyerang Novel.
"Nggaklah. Nanti masyarakat malah asal-asalan lagi. Nangkap lagi. Kan ciri-ciri saja belum tahu," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Raden Prabowo Argo Yuwono kepada Suara.com, Senin (15/5/2017).
Ide agar polisi membuat sayembara muncul setelah sekian lama polisi belum juga berhasil mengidentifikasi dua pengendara sepeda motor jenis matic yang menyerang Novel.
Argo mengakui polisi tidak mudah menemukan pelaku. Dia mengatakan saksi dan alat bukti yang telah diperiksa belum mengarah kepada ke keberadaan pelaku.
"Dari keterangan saksi dan barang bukti, belum (mengarah kepada pelakunya)," katanya.
Lelaki berinisial AL (30) yang sebelumnya dibawa ke kantor polisi pada Selasa (9/5/2017), kini telah dilepaskan lagi. AL yang merupakan petugas keamanan panti pijat di Sawah Besar, Jakarta Pusat, tidak terbukti memiliki kaitan dengan kasus Novel.
"Alibinya sesuai, nggak terbukti ya," kata Argo.
Ide untuk membuat sayembara disampaikan Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Kepolisian Edi Hasibuan.
"Polri perlu membuka sayembara terbuka dengan hadiah menarik kepada masyarakat agar penganiaya Novel Baswedan cepat terungkap," kata Edi Hasibuan di Jakarta, Minggu (14/5/2017).
Lemkapi menilai penyidik kepolisian kesulitan mengungkap kasus tersebut, antara lain disebabkan karena minim barang bukti.
"Melalui sayembara terbuka akan banyak informasi dari masyarakat yang disampaikan polisi," ujar mantan komisioner Kompolnas.