Suara.com - Berkepala plontos, berbadan besar, mengenakan kemeja kotak-kota merah, Herman semangat bercerita kisah cintanya di atas mini truk. Matanya melotot dan tangannya kirinya selalu diangkat. Kadang menunjuk, kadang mengepal.
Herman tidak sembarang curhat di atas mini truk itu. Di hadapan ratusan pendukung Basuki Tjahaja Purnama, dia berusaha mendefenisikan keteguhan untuk mendukung Ahok yang dipenjara 2 tahun karena menodai agama.
Herman warga Bandung, Jawa Barat. Dia datang ke Jakarta bergabung dengan pendukung Ahok di depan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta. Istrinya juga ikut demo menuntut Ahok dibebaskan.
Di mata Herman, Ahok orang baik. Dia cinta dengan Ahok. Mengapa? Herman menganalogikan cintanya ke Ahok seperti cintanya dengan sang istri. Cinta tanpa alasan.
Baca Juga: Ahok, Sosok "Family Man" yang Dirindukan.
"Saya sama istri, tidak pacaran. Istri saya di Arab Saudi, saya ada di Hong Kong. Kami kenalnya di Facebook," kata Herman di depan kantor Pengadilan Tinggi, Jalan Letjen Suprapto Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Kamis (12/5/2017).
Herman sangat cinta istrinya. Cinta itu lahir bukan karena latar belakang agama atau juga suku.
"Saya mencintai istri saya bukan karena sukunya, bukan karena besar kecilnya, bukan karena warna kulit, bukan karena agamanya, bukan karena dia seorang para medis. Tapi karena saya cinta dia," ujar Herman.
Sambil mengngenggam ujung pengeras suara (mic), Herman juga cerita banyak orang yang 'nyinyir' ingin mereka berpisah. Namun rumahtangganya sejak 2009 nyatanya baik-baik saja.
"Kami saling mencintai. Tidak ada satu pun orang yang bisa pisahkan kami. Saya katakan sama istri, jangan takut, kita tidak akan terpisah karena saya mencintai mu. Saya tidak akan meninggalkanmu karena saya mencintai kamu," kisah Herman.
Baca Juga: 600 Polisi Jaga Demo Ahokers di Pengadilan Tinggi Siang Ini
"Begitu juga dengan Ahok. Kita tidak akan meninggalkannya karena kita mencintai dia. Dia adalah pemimpin yang dicintai rakyatnya," kata Herman.