Suara.com - Marine Le Pen berjanji mengubah seluruh paras partai yang dipimpinnya, Front National (FN), setelah dirinya kalah bersaing dengan Emmanuel Macron dalam putaran kedua Pemilihan Presiden Prancis.
Le Pen memastikan, seperti dilansir AFP, Senin (8/5/2017), akan melakukan perubahan secara radikal, termasuk mengubah nama FN.
“Kami harus terus maju, memperbaiki diri sendiri, supaya bisa memenuhi seluruh rakyat Prancis,” tutur Le Pen.
Selama ini, FN diidentifikasi sebagai partai neo-Fasis karena retorika anti-imigran, anti-muslim, dan menginginkan Prancis keluar dari Uni Eropa yang dianggap merendahkan harga diri negeri tersebut.
Baca Juga: Marcon Vs Le Pen, Siapa yang Bakal Pimpin
Gara-gara predikat seperti itu, Le Pen dan FN menjadi sasaran aksi protes ribuan mahasiswa dan pelajar Prancis, sebelum hari pemungutan suara putaran kedua pilpres.
Dalam penghitungan suara pilpres, Le Pen akhirnya dinyatakan kalah setelah hanya memeroleh 33,9 persen suara. Sementara Macron meraup 66,1 persen suara.
Meski begitu, Le Pen menilai keikutsertaannya dalam pilpres hingga putaran kedua adalah sejarah gemilang kaum ultra-kanan Prancis.
“Ini adalah hasil yang besar dan bersejarah untuk kita. Aku berjanji, akan menjadikan FN sebagai kekuatan oposan besar untuk rezim Macron. Kita akan menguasai legislatif dalam pemilu ke depan, dan menjadi mimpi buruk Macron,” tegas Le pen kepada pendukungnya seusai menyatakan kekalahannya.
Baca Juga: Zidane Serukan Rakyat Prancis Jangan Coblos Marine Le Pen