Walaupun tak mendapat perlawanan fisik, Rabbi (pemuka agama Yahudi) sekaligus Ketua Persatuan Komunitas Yahudi Indonesia (UIJC), Benjamin Verbrugge, mengakui ketegangan seringkali muncul karena situasi politik Timur Tengah, persisnya konflik Israel-Palestina.
"Persoalan antara warga Israel dan Palestina sangat memengaruhi kami di sini. Jika ada yang tertikam di sana, membuat kehidupan kami di sini tak nyaman," tuturnya.
Kalau situasi Israel-Palestina memanas, Rabbi Verbrugge mengatakan kaum Yahudi di Indonesia terpaksa beraktifitas secara sembunyi-sembunyi.
Ia mencontohkan, bulan April 2017, kaum Yahudi di Indonesia turut merayakan salah satu hari besar tradisi Yahudi, "Purim".
Baca Juga: Belajar Kasus Cak Budi, Khofifah: Tolong Amanah Dijaga
"Tapi, karena situasi Israel-Palestina tengah memanas, kami terpaksa merayakan Hari Purim secara tertutup di sebuah kamar kecil hotel," ungkapnya.
Dalam pendataan UIJC, kekinian terdapat 200 orang kaum Yahudi yang taat beribadah di Indonesia. Jumlah itu belum termasuk Yahudi yang tak mengungkap jati dirinya.
Ia menuturkan, jumlah penganut Yahudi tersebut tersebar di seluruh daerah Indonesia. Karenanya, sangat sulit untuk menyatukan semua umat dalam satu peribadatan.
Karena itu pula, Verbrugge mengakui terpaksa melanggar prinsip utama Yahudi, yakni tak boleh beraktifitas pada hari Sabat (Sabtu).
Baca Juga: Ternyata Kontrak Kerja Proyek e-KTP Diubah Sembilan Kali
"Saya terpaksa menggunakan ponsel (telepon seluler) di hari Sabat, untuk memimpin seluruh jemaat beribadah secara online," tuturnya.