Suara.com - Pemerintah terus melakukan terobosan untuk mengejar ketertinggalan dengan mengembangkan kemaritiman. Potensi-potensi kelautan dibangkitkan agar bermanfaat dan bisa dirasakan sebenarnya oleh rakyat.
"Yang pertama di bidang infrastruktur maritim, yaitu berkaitan dengan tol laut seperti pelabuhan. Ini sudah dilakukan terutama di Indonesia bagian Timur, sudah dirasakan masyarakat dengan turunnya harga 20-25 persen. Itu penurunan yang cukup tinggi," kata Presiden Joko Widodo dalam membuka rapat koordinasi nasional bidang Kemaritiman di gedung Sasana Kriya TMII, Jakarta Timur, (4/5/2017).
Namun apabila nanti rute dan trayek semakin banyak, Jokowi meyakini harga-harga akan semakin turun lagi di daerah luar Jawab khususnya di wilayah Indonesia Timur. Kemudian, lanjut dia, pembangunan pelabuhan-pelabuhan besar sudah ada progressnya.
Seperti pelabuhan Tanjung Priok, dua minggu lalu kapal-kapal besar sudah bisa merapat.
Baca Juga: Yakin Anies-Sandi Tak Nyapres, Amien Rais Sindir Jokowi
"Kapal yang mempunyai kapasitas lebih dari 10 ribu TEUs sudah merapat. Ini berpuluh-puluh tahun, saya kira belum pernah terjadi. Dan dua minggu lalu kapal tersebut merapat," ujar dia.
Dengan begitu, nanti efeknya biaya logistik dan biaya transportasi menurun, karena barang-barang ekspor dan impor sudah tidak perlu transit ke negara lain. Namun bisa langsung masuk ke Indonesia.
Selain itu, apabila konsolidasi antar pelabuhan sudah bisa dilakukan dengan baik, kapal besar akan semakin banyak yang merapat ke pelabuhan-pelabuhan Indonesia.
"Kedua, berkaitan dengan pelabuhan besar kita yang baru, yakni Kuala Tanjung di Sumatera Utara, saya harapkan tahun ini bisa diselesaikan. Dan saya sampaikan ke Menteri, jangan dikelola sendiri, silahkan kerja sama dengan pelabuhan besar yang miliki jaringan internasional. Karena tanpa itu kita akan sulit mengejar ketertinggalan di bidang transportasi laut kita," imbuh dia.
Jokowi menambahkan, pelabuhan Kuala Tanjung akan bekerjasama dengan Pelindo, Roterdam Port, dan Dubai Port. Sehingga dengan kerjasama itu, dapat menjadi kekuatan maritim Indonesia.
Baca Juga: Jokowi: Tantangan Besar Kebebasan Pers Saat Ini adalah Hoax
"kalau kita tidak bekerja denga eco skill, maka efisien tidak akan bisa. Dan tanpa persaingan tidak akan bisa memunculkan harga yang baik dan berkompetisi," tutur dia.
Dalam membangun industri kemaritiman ini, Jokowi meminta jajarannya agar fokus pada galangan kapal, komponen perkapalan, industri jasa pelayaran, hilirisasi dan lainnya.
"Pak Menko konsentrasi di sini, ini belum kita lakukan dengan baik. Ini lah yang memerlukan perhatian," kata dia.
"Kemudian tadi potensi ekonomi di sektor kelautan dan perikanan itu 1,33 triliun dolar AS atau setara hampir dengan Rp19 ribu triliun lebih. Ini potensi besar, tapi kalau pengelolalaannya kita hanya rutinintas, monoton, tidak melakukan terobosan, jangan harap angka ini bisa kita dapatkan. 10 persen saja sudah bagus, apalagi masuk ke 19-20 ribu. Ini pekerjaan besar, potensinya ada, tetapi perhatian kita ke sini belum".
Ketiga, yaitu berkaitan dengan ilmu pengetahuan teknologi dan riset di bidang kekuatan dan perikanan Indonesia sudah puluhan tahun minim perhatian. Maka itu Jokowi juga meminta ada perhatian, sehingga potensi sumber daya alam laut di tanah air terlihat dengan jelas dan apa yang harus digarap.
"Nelayan kita jangan terus diajak bekerja dengan pola yang lama, harus berani kita loncatkan ke dunia yang lain. Sudah beberapa puluh tahun kita berurusan dengan cantrang, setiap tahun urusan cantrang, nggak ada habisnya. Sehingga melupakan strategi besar yang lain yang memiliki nilai tambah yang lebih baik," terang dia.