Sandiaga Uno: Parkir Meter Tak Cocok dengan Budaya Indonesia

Reza Gunadha Suara.Com
Rabu, 03 Mei 2017 | 10:07 WIB
Sandiaga Uno: Parkir Meter Tak Cocok dengan Budaya Indonesia
Pengendara melakukan transaksi parkir dengan mesin parkir meter di Jalan Sabang Jakarta Pusat, Selasa (30/9). Sejak diberlakukan 26 September lalu, sebanyak 11 mesin parkir meter mulai beroperasi di Jalan Sabang dengan arahan juru parkir, adapun tarif retribusi per jam sebesar Rp. 4000 untuk kendaraan roda empat dan Rp. 2000 untuk kendaraan roda dua. [suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sistem pembayaran parkir berbasis elektronik memakai alat parkir meter, dinilai banyak pihak cukup menguntungkan pengguna kendaraan bermotor di DKI Jakarta. Pasalnya, sistem tersebut dianggap mampu mengeliminasi pungutan liar dan parkir ilegal.

Namun, Wakil Gubernur terpilih DKI Jakarta Sandiaga Salahuddin Uno memunyai penilaian sebaliknya. Ia mengatakan, sistem parkir berbasis elektronik tersebut tidak sesuai dengan kebudayaan Indonesia.

Karenanya, pasangan gubernur terpilih Anies Baswedan itu menyatakan bakal mengkaji ulang kebijakan tersebut.

"Parkir meter cocok untuk negara yang budaya masyarakatnya individualis. Jadi, kurang cocok di Indonesia yang berbudaya gotong-royong, saling membantu,” tuturnya,  Selasa (2/5/2017).

Baca Juga: Bantah Sandiaga, Ahok: Parkir Meter Tekan 'Kebocoran' Dana Daerah

Ia mengatakan, juru parkir yang menjadi “nyawa” sistem pembayaran parkir manual justru cocok dengan kebudayaan gotong-royong Indonesia.

Bahkan, Sandiaga menyebut juru parkir adalah contoh kearifan lokal. Sebab, negara-negara individualis seperti Amerika Serikat tentu tak memunyai juru parkir.

"Nanti, akan kembali dibahas dengan pihak terkait. Pemprov nantinya tinggal mendukung apa pun keputusan mereka,” tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI