Suara.com - Pesawat pengangkut bom B-1 milik angkatan udara Amerika Serikat telah terbang dua kali di atas semenanjung Korea dalam tujuh hari ini.
Hal itu mengundang kritik tajam dari Korea Utara di tengah meningkatnya ketegangan di wilayah tersebut.
Dilansir dari CNN, pada hari Senin (1/5/2017), dua pembom B-1 meninggalkan pangkalan Angkatan Udara Andersen di Guam untuk melakukan latihan gabungan dengan Korea Selatan dan angkatan udara Jepang di atas semenanjung Korea, menurut Angkatan Udara AS.
Secara terpisah, dua pembom B-1 juga terbang melintasi Korea Selatan pada tanggal 26 April, seorang pejabat pertahanan AS mengkonfirmasi.
Baca Juga: Ini Potret 'Kamp Kematian' Korea Utara yang Terekspos
Kedua misi itu telah lama direncanakan dan ada keputusan untuk tetap tak diketahui publik karena untuk menghindari peningkatan iklim politik regional.
Namun Pyongyang menuduh AS dengan sengaja melakukan "provokasi militer".
"B-1B dari Guam secara diam-diam terbang di atas langit di atas Laut Timur (pada hari Senin) dan bergabung dengan operasi bersama secara strategis yang mencolok, termasuk kapal induk dan kapal selam bertenaga nuklir," menurut jaringan berita negara Korut.
"Karena provokasi militer AS yang semakin eksplisit dari hari ke hari, situasi di semenanjung Korea, yang sudah sensitif, didorong ke titik yang dekat dengan perang nuklir," kata penyiar negara tersebut.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Korea Selatan Moon Sang-Gyun mengatakan bahwa pengerahan pembom AS merupakan bagian untuk "menanggapi ancaman rudal nuklir Korut dan mencegah provokasi Korut."
Baca Juga: Uji Coba Misil Korea Utara Gagal
Atas dua penerbangan itu, Presiden Donald Trump mengatakan bahwa ia bersedia temui pemimpin Korea Utara Kim Jong Un "dalam situasi yang tepat" demi meredakan ketegangan program nuklir Pyongyang.