Suara.com - Mantan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri Rizal Ramli pernah menolak kehadiran International Monetary Fund ketika terjadi krisis ekonomi di Indonesia. IMF dinilai hanya akan memperparah kondisi perekonomian. Sikap Rizal ketika itu berseberangan dengan banyak ekonom yang menyetujui bantuan IMF.
"Kami satu-satunya ekonom yang tolak IMF berdasarkan pengalaman buruk yang terjadi di Amerika Latin," katanya di gedung KPK, Jalan Kuningan Persada, Jakarta Selatan, Selasa (2/5/2017).
Rizal nengatakan kasus pemberian Surat Keterangan Lunas kepada obligor penerima Bantuan Likuiditas Bank Indonesia berawal dari kebangkrutan sejumlah bank. Sejak kehadiran IMF, kata dia, bunga bank menjadi 80 persen dari sebelumnya 18 persen.
"IMF sarankan ditutup 16 bank kecil. Tapi begitu bank kecil ditutup rakyat nggak percaya sama semua bank di Indonesia. Apalagi bank swasta seperti BCA, Danamon hampir kolaps. Sehingga terpaksa pemerintah nyuntik BLBI 80 miliar dollar," kata Rizal.
Akibat kebijakan tersebut, harga bahan bakar minyak pun dinaikkan pemerintahan Soeharto. Akibat selanjutnya muncul kerusuhan di berbagai daerah di Indonesia.
"IMF perintahkan Indonesia naikkan harga BBM taun 1998. Tanggal 1 Mei presiden Soeharto naikkan harga BBM 74 persen. Besoknya, demonstrasi besar-besaran ribuan orang meninggal. Rupiah anjlok. Ini apa yang dikenal IMF provoke create," katanya.