AJI: Kini Kelompok Intoleran Ikut Lakukan Kekerasan Pada Jurnalis

Selasa, 02 Mei 2017 | 18:16 WIB
AJI: Kini Kelompok Intoleran Ikut Lakukan Kekerasan Pada Jurnalis
Ketua Umum AJI Indonesia, Suwarjono. [Suara.com/Ummi Hadyah Saleh]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia mencatatat kekerasan terhadap jurnalis di tahun 2017 sebanyak 24 kasus kekerasan mulai dari penyerangan, intimidasi, perampasan alat kerja hingga pemukulan. Adapun kasus kekerasan yang terjadi pada tahun 2015 mencapai 44 kasus dan pada tahun 2016 sebanyak 78 kasus.

Hal ini dikatakan Suwarjono di sela-sela World Press Freedom Day 2017 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Selasa (2/5/2017).

"Tahun 2017 ini juga tidak ada penurunan, bahkan masih meningkat sampai bulan April sudah ada 24 kasus kekerasan yang dialami temen-teman jurnalis," ujar Suwarjono.

Suwarjono menilai kasus kekerasan yang dialami jurnalis sangat mengkhawatirkan karena tindakan kekerasan tidak hanya dilakukan oleh aparat, tetapi kelompok intoleran. Ia mencontohkan kasus kekerasan yang dilakukan ketika masa Pilkada DKI Jakarta kepada jurnalis di dua televisi swasta.

Baca Juga: AJI Indonesia Dorong Penguatan Bloger dan Media Online

"Sebelumnya kelompok intoleran tidak mengambil bagian kekerasan, sekarang mereka mulai aktif bahkan kasus Pilkada misalnya menjadi salah satu contoh banyaknya kekerasan yang muncul belakangan ini di Jakarta. Dua lembaga televisi yang diusir karena tidak boleh mengambil (meliput), bahkan diintimidasi, kemudian ada yang dilakukan kekerasan dari ini," kata dia.

Suwarjono menuturkan masih banyaknya kekerasan terhadap jurnalis, dikarenakan belum adanya penegakkan hukum dari kepolisian untuk menindak tegas pelaku.

Jika kasus kekerasan terhadap jurnalis terus dibiarkan, dapat menjadi catatan buruk di dunia pers

"Selama 2 tahun terakhir dari 78 kasus tambah 24 kasus kekerasan, tidak ada satupun yang diproses hukum. Ini yang kemudian menyebabkan kejadian tersebut terulang dan pelaku semakin merajalela, karena mereka merasa apa yang mereka lakukan tidak akan mempunyai imbas apapun. Mereka tidak takut misalnya ditangkap polisi atau tidak takut untk diproses hukum apalagi di penjara, ini yang membuat saya kira kami bekerja keras," tandasnya.

Baca Juga: AJI Indonesia Akui Kini Banyak Media Sosial Lakukan Pembodohan

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI