Suara.com - Pihak Malaysia Airlines pada Selasa (2/5/2017), mengumumkan bahwa mereka telah mencapai kesepakatan dengan salah satu keluarga Australia yang empat anggota keluarganya menjadi korban tragedi MH17.
Adalah pasangan Anthony Maslin dan Marite Norris asal Perth, yang harus kehilangan tiga anak mereka, Evie (10), Mo (12) dan Otis (8), beserta kakek mereka, dalam kejadian di mana pesawat Boeing 777 itu ditembak jatuh di langit Ukraina pada 2014 lalu.
Menurut pihak maskapai melalui pernyataan resminya, telah tercapai "sebuah kesepakatan rahasia yang bersahabat dengan keluarga Maslin dan dengan begitu tuntutan (keluarga itu) telah dicabut". Pihak Malaysia Airlines menolak membeberkan lebih jauh soal kesepakatan itu dengan alasan privasi.
Lebih jauh, pihak maskapai juga menyatakan bahwa sejauh ini, sejumlah keluarga korban lainnya juga sudah mencapai kesepakatan dengan mereka. Sementara pihak keluarga yang lain disebut "masih menuntut kompensasi dan meminta dikabulkannya klaim mereka sesuai yurisdiksi masing-masing (negara)".
Kepada AFP, seorang pengacara yang mewakili keluarga enam kru Malaysia Airlines MH17, mengatakan bahwa pihak maskapai telah menawarkan jumlah kompensasi tertentu pada Juni tahun lalu, namun telah ditolak oleh perwakilan keluarga.
"Ada tawaran lain pada Januari lalu, dan kami masih mempertimbangkan," ungkap Saw Wei Siang sang pengacara, Selasa (2/5).
Tuntutan dari Malaysia pada Juni tahun lalu itu hanya berselang dua pekan setelah masuknya tuntutan dari 33 keluarga korban asal Australia, Selandia Baru dan Malaysia, yang terutama ditujukan kepada Rusia dan Presiden Vladimir Putin melalui Pengadilan HAM Eropa.
Diketahui, MH17 ditembak jatuh di langit timur Ukraina pada 17 Juli 2014, saat dalam penerbangan dari Amsterdam ke Kuala Lumpur. Semua penumpang dan kru berjumlah 298 orang tewas, di mana sebagian besar berkebangsaan Belanda.
Sebuah tim investigasi kriminal yang dipimpin pihak Belanda, pada September lalu menyimpulkan bahwa sebuah rudal BUK yang dibawa dari Rusia-lah yang menjatuhkan pesawat itu. Rudal disebut ditembakkan dari sebuah lapangan di wilayah Ukraina yang saat itu diketahui dikuasai pemberontak pro-Rusia. Namun tidak dipastikan siapa sebenarnya pihak yang menembakkan rudal itu. [AFP]