Suara.com - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengapresiasi Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) 2017 yang digelar selama 3 hari di Cirebon. Menurut dia, KUPI bisa memberikan pandangan jika Islam bukan agama yang menyudutkan posisi perempuan.
Hal itu dinyatakan Lukman dalam Penutupan Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) di Pesantren Kebon Jambu Babakan, Ciwaringin, Cirebon, Jawa Barat, Kamis (27/4/2017).
KUPI 2017 adalah kongres pertama yang dihadiri lebih dari seribu orang yang tidak hanya dari Indonesia saja, tetapi juga 15 negara lainnya. Kongres ini dihadiri ulama perempuan sedunia, dari Pakistan, Malaysia, Arab Saudi, Kenya, Nigeria dan Afghanistan.
“Saya merasa kongres ini luar biasa tidak hanya substansi yang dikaji, tetapi juga prosesnya. Karena ini sepenuhnya merupakan inisiatif masyarakat dari kaum perempuan. Lalu mereka berupaya untuk membuat satu kongres (ulama perempuan) pertama di dunia di Cirebon ini” jelas Lukman.
Baca Juga: Deretan Intoleransi yang Berulang, Jangan Beri Panggung Intoleran
Menurut dia, kongres ini berhasil memperjuangkan keadilan dalam relasi laki-laki dan perempuan, karena akan memiliki tingkat urgensi yang cukup tinggi.
“Seringkali ayat-ayat suci, karena pemahaman yang terbatas, langsung maupun tidak langsung mempengaruhi aspek (keadilan gender) ini,” paparnya.
Selain itu kongres ini mampu melakukan tidak hanya pengakuan tetapi juga revitalisasi peran ulama perempuan. Kongres juga berhasil meneguhkan dan menegaskan bahwa moderasi Islam harus senantiasa dikedepankan.
“Islam yang tidak menyudutkan posisi perempuan. Dan, sekali lagi, isu ini kini semakin relevan, sehingga (KUPI) berdampak pada kemaslahatan bersama untuk peradaban dunia, di mana Islam dapat memberikan kontribusi bagi peradaban dunia,” jelasnya.
Baca Juga: Intoleransi di Jakarta Tinggi, Djarot: Kok Panwaslu Diem Aja