Cerita Sulitnya Menjadi Ulama Perempuan di Arab Saudi

Selasa, 25 April 2017 | 15:44 WIB
Cerita Sulitnya Menjadi Ulama Perempuan di Arab Saudi
Kongres Perempuan Ulama Internasional. (dok panitia)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Salah satu ulama perempuan di Arab Saudi, Hatoon Al-Fasi menceritakan kaum hawa di ‘tanah suci’ umat Islam itu. Katanya, tidak mudah menjadi ulama perempuan di sana. Lelaki masih mendominasi.

Dalam Seminar Internasional Ulama Perempuan di IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Jawa Barat, Selasa (25/4/2017), Hatoon mengatakan di Arab Saudi ulama perempuan atau alimat adalah para pendidik perempuan. Mereka ahli dalam studi agama yang memiliki kemampuan untuk memberikan fatwa dan ijtihad. Mereka juga memiliki pengetahuan tentang Islam yang dapat memberikan spirit kesetaraan dan keadilan.

“Sayangnya, banyak pimpinan yang memonopoli pandangan yang akhirnya menyudutkan perempuan. Ini adalah kasus-kasus dan tantangan yang dimiliki perempuan Muslim di banyak tempat,” ceritanya.

Untungnya, Arab Saudi memberikan keistimewaan terhadap Hatoon. Dia menjadi perhatian ketika perempuan di Arab Saudi berbicara Islam.

Baca Juga: Ulama Perempuan Malaysia: Indonesia Cukup Baik soal Kesetaraan

“Di dunia Arab para alimat tidak banyak,” jelasnya.

Ketika bicara tentang perempuan Arab Saudi, hal yang menjadi lebih kompleks karena perempuan harus memikul beban tradisi negara Islam yang menjadikannya sangat kaku dalam semua tingkatan politik, ekonomi dan sosial. Sementara, kata dia, perempuan Arab Saudi menjadi contoh bagi semua dunia Islam.

“Jadi tidaklah jarang kita melihat laki-laki di luar Arab Saudi menggunakan celana pendek (di atas mata kaki) dan perempuan harus menutup dari kaki sampai kepala.”

“Kita ulama perempuan memiliki tanggung jawab menyebarkan Islam moderat yang menyampaikan kesetaraan dan kemanusiaan,” lanjutnya.

Lanjut Hatoon, merujuk pada kehidupan perempuan Arab Saudi hari ini, memiliki kisah yang berbeda dari sebelumnya. Mereka mencoba untuk menghadapi realita dan lebih lantang dalam berbicara.

Baca Juga: Ulama Perempuan Sedunia Kongres di Pesantren Cirebon

“Apa yang telah diajarkan oleh ulama (laki-laki) baik di sekolah ataupun institusi keagamaan bukanlah satu-satunya kebenaran. Celakanya negara juga mengambil keuntungan dengan mendukung laki-laki di banyak kondisi,” kata dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI