Pelajaran Takwil Al Quran dari Kartini untuk Kelompok Intoleran

Reza Gunadha Suara.Com
Senin, 24 April 2017 | 06:00 WIB
Pelajaran Takwil Al Quran dari Kartini untuk Kelompok Intoleran
RA Kartini. (Istimewa)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Saya bertekad dan berupaya memperbaiki citra Islam, yang selama ini kerap menjadi sasaran fitnah. Semoga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat agama lain memandang Islam sebagai agama yang disukai."

Selain itu dalam surat ke Nyonya Abendanon, bertanggal 1 Agustus 1903, Kartini menulis: "Ingin benar saya menggunakan gelar tertinggi, yaitu Hamba Allah SWT."

Cara Kartini memahami ayat-ayat kitab suci menunjukkan bahwa kaum wanita bahkan dalam keadaan paling terbatas sekali pun, mampu mencapai makrifat tertinggi atau mengenal Tuhannya dengan sangat yakin.

Potensi Perempuan

Baca Juga: Man City Keok Lagi, Kali Pertama Guardiola 'Puasa' Gelar

Meski pernah mengalami masa-masa sulit, yakni hidup di zaman ketika perempuan sebagai "konco wingking" atau teman di belakang dalam dunia yang serba patriarkal, faktanya Kartini adalah sosok yang justru mendorong Faidh al-Rahman fi Tafsir Al-Qur'an terlahir.

 

Itulah tafsir pertama di Nusantara dalam bahasa Jawa dengan aksara Arab hasil tulisan Kiai Soleh Darat.

Begitu penasarannya Kartini akan kitab Al-Quran yang selama berabad-abad begitu tabu untuk diterjemahkan, mampu mengubah keadaan.

Kartini yang merengek bagaikan anak kecil meminta bertemu Kyai Soleh membawa pada masa dimulainya Al-Quran ditafsirkan di Tanah Air.

Baca Juga: Gempa 5,4 SR Guncang Kabupaten Tasikmalaya Senin Dini Hari

Meski jilid pertama yang terdiri dari 13 juz mulai dari Surat Al-Fatihah sampai Surat Ibrahim tak pernah terselesaikan karena Kyiai Soleh meninggal, dipelajari secara amat tekun oleh Kartini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI