Jokowi Ingatkan Perbedaan Bukan Penghalang Persatuan

Adhitya Himawan Suara.Com
Sabtu, 22 April 2017 | 14:42 WIB
Jokowi Ingatkan Perbedaan Bukan Penghalang Persatuan
Presiden Jokowi menghadiri Dharma Santi Nasional Perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1939. [Foto Rusman - Biro Pers Setpres]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Presiden Joko Widodo menghadiri Dharma Santi Nasional Perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1939. Perayaan tersebut digelar di GOR Ahmad Yani, Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Sabtu (22/4/2017).

Pada acara tersebut, Presiden Joko Widodo mengawali sambutannya dengan menyampaikan ucapan selamat hari raya bagi para umat Hindu di Indonesia.

"Semoga perayaan Nyepi yang waktunya berdekatan dengan Hari Raya Galungan dan Kuningan bisa memberikan keheningan jiwa, rasa Shanti atau kedamaian, dan juga Jagadhita atau kesejahteraan bagi kita semua," ujarnya.

Kepala Negara menyadari bahwa Hari Raya Nyepi memiliki makna mendalam bagi umat Hindu. Melalui momen Nyepi tersebut, Umat Hindu hendak membersihkan diri dan memohon pada yang Maha Kuasa agar diberikan kekuatan untuk bisa menjalankan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.

Baca Juga: Presiden Jokowi Hadiri Perayaan Nyepi 2017 di Mabes TNI

"Dengan menjalankan Catur Bratha Penyepian, umat Hindu menyambut tahun baru Saka dengan semangat yang baru, dengan jiwa yang damai, yang lebih harmonis sesuai dengan nilai-nilai Tri Hita Karana," tuturnya.

Tri Hita Karana merupakan falsafah hidup yang dipegang oleh umat Hindu. Falsafah itu mengajarkan umat untuk melestarikan keanekaragaman budaya dan lingkungan sektiarnya.

"Kita telah banyak mengambil dari alam untuk dimanfaatkan menjadi sumber kehidupan kita. Sudah saatnya kita juga membayarnya kembali dengan cara menjaga dan melestarikan alam. Hanya dengan cara itu kita semua akan mendapatkan kehidupan yang harmonis," Presiden menjelaskan.

Keharmonisan diyakini Presiden merupakan harapan dan impian semua orang. Apalagi di negara Indonesia, yang memiliki banyak sekali perbedaan suku, bahasa, dan juga keyakinan, semangat untuk menjaga keharmonisan tentu harus terus dipelihara.

"Perbedaan latar belakang suku, latar belakang agama, dan latar belakang budaya bukanlah penghalang bagi kita untuk bersatu. Bukan pula penghalang bagi kita untuk hidup dalam keharmonisan dan membangun solidaritas sosial yang kokoh," ucapnya.

Perbedaan yang ada itu tak mesti diseragamkan, namun tak pula ditiadakan. Perbedaan itu semestinya diikat oleh tali-tali persaudaraan, tali-tali kebersamaan, dan tali-tali persatuan Indonesia. Oleh karenanya, Indonesia patut bersyukur memiliki Pancasila dengan Bhinneka Tunggal Ika-nya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI