Suara.com - Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan akan mengevaluasi hasil pilkada serentak tahun 2017. Partai pimpinan Megawati Soekarnoputri ini mengalami kekalahan di kantong-kantong suara penentu, seperti Jakarta, Banten, dan Bangka Belitung.
"Tiap pilkada mempunyai tantangan dan karakter yang berbeda, baik dari segi luas (wilayah), cakupan,isu, maupun tantangannya pasti beda. Meskipun demikian tentu setiap kekalahan harus selalu diwaspadai dan dievaluasi untuk perbaikan ke depan," kata Ketua DPP PDI Perjuangan Andreas Hugo Pareira kepada Suara.com, Jumat (21/4/2017).
Khusus kekalahan di Jakarta, Andreas menilai tidak ada yang salah dari kinerja mesin partai. Bahkan dia menyebut, partainya merupakan partai yang paling total untuk memenangkan pilkada.
Di pilkada Jakarta, PDI Perjuangan bersama Nasdem, Hanura, dan Golkar mendukung calon petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Syaiful Hidayat.
"Dari pilkada DKI Jakarta, dari sudut pandang partai sebenarnya hasil ini tidak buruk, karena mesin partai bekerja all out, militan, kompak dan gotong royong. Ini terbukti dari hasil survei maupun exit poll, lebih dari 90 persen pemilih PDI Perjuangan perjuangan memilih Ahok-Djarot," kata dia.
"Dan kita tahu, kemenangan pilkada ditentukan oleh kombinasi banyak aktor, selain mesin partai, figur kandidat, serta manajemen kampanye, dan isu, serta lainnya," anggota Komisi I DPR menambahkan.
PDI Perjuangan berkoalisi dengan partai pendukung pemerintah untuk menghadapi partai koalisi yang berada di luar pemerintah, PKS dan Gerindra.
Andreas mengatakan pola koalisi seperti itu akan dievaluasi, sebelum pilkada di daerah yang mempengaruhi politik nasional, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
"Kalau soal peta kerjasama antar partai di pilkada itu kita lihat dari dinamika dan konstelasi politik daerah yang tiap daerah berbeda," ujar dia.