Suara.com - Kaswan terus menangis dan larut dalam kepedihan yang dirasakannya, karena tahu sang istri tak lagi bisa menemaninya pergi, bekerja, dan pulang dari petak kebun garapan mereka. Ia juga meracau, mengutuki karena harus mencecap nasib nahas sepanjang sisa umurnya yang tak lagi muda.
Sudah sepekan terakhir pria berusia 60 tahun itu meratapi kepergian sang istri, Surini, yang tewas ditembak polisi saat pergi kondangan.
Surini tewas saat bersama enam saudaranya menumpangi mobil sedan bernomor polisi BG 1488 ON, melintasi Jalan HM Soeharto, Lubuklinggau, Sumatera Selatan, untuk mendatangi lokasi pesta pernikahan kerabat.
Mobil mereka ditembaki polisi yang tengah menggelar razia Cipta Kondisi, Selasa (17/4) pekan ini.
Baca Juga: Hary Tanoe Bikin Syukuran Rayakan Kemenangan Anies di Menteng
”Sedih pak. Kami ini orang bodoh, kena tembak pak, La Illaha Illallah, astaghfirullah. Ya Allah, salah kami apa pak. Maaf pak, saya bicara ngawur," ungkap Kaswan sembari menangis di hadapan Kapolres Lubuklinggau Ajun Komisaris Besar Hajat Mabrur Bujangga, yang mendatangi rumahnya untuk meminta maaf dan turut berbelasungkawa, Rabu (19/4/2017).
Kaswan tak menyangka Surini meninggalkan dirinya dan dunia dengan cara mengenaskan.
Ketika mengizinkan sang istri pergi dari rumah sederhana mereka di Desa Blitar Muka, Kecamatan Sindang Kelingi, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, Kaswan tak memunyai firasat jelek.
Petani itu juga tak merasa was-was, karena dirinya tahu sang istri berangkat bersama keluarganya untuk nyumbang pernikahan sanak saudara di Kecamatan Muara Beliti, Kabupaten Musi Rawas, Sumsel.
”Saya sempat diajaknya untuk ikut serta. Tapi saya tolak, karena ingin merawat kebun. Jadi, saya minta dia berangkat ikut keluarga,” tutur Kaswan.
Baca Juga: Inilah Cat Antibakteri Pertama di Indonesia
Kenangan tentang Surini lantas membuncah dalam benak Kaswan. Ia menceritakan, istrinya itu nyaris tak pernah pergi jauh dari rumahnya.