Suara.com - Delapan tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggunakan hak pilihnya dalam putaran kedua Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta periode 2017 – 2022, Rabu (19/4/2017).
Kedelapan tahanan kasus korupsi dan suap itu antara lain ialah karyawan PT Merial Esa Muhammad Adami Okta; mantan anggota DPRD DKI Jakarta Mohamad Sanusi; "Country Director" PT EK Prima Ekspor (EKP) Indonesia Ramapanicker Rajamohanan Nair; dan, Presiden Direktur PT FOX Indonesia Choel Mallarangeng.
Selanjutnya, Direktur Utama PT Merial Esa Fahmi Darmawansyah; Direktur PT Mahkota Negara Marisi Matondang; dan, anggota Komisi V DPR dari Fraksi PAN Andi Taufan Tiro. Terakhir, mantan Hakim Konstitusi Patrialis Akbar yang ditahan di rutan KPK kavling C-1 juga ikut mencoblos.
Mereka menggunakan hak suara di Tempat Pemungutan Suara ITPS) No 19, Kelurahan Karet, Kecamatan Setiabudi.
"Siapapun yang menang, yang penting damai-damai saja," kata Choel saat akan dibawa kembali ke rutan KPK di Detasemen Pomdam (Denpom) Jaya Guntur, Jakarta tempat mereka ditahan.
Baca Juga: Seorang Perempuan Marah-marah di TPS Wapres Jusuf Kalla
Tahanan pertama yang memberikan suara adalah Patrialis Akbar. Dia pada pilkada DKI Jakarta putaran pertama tidak menggunakan hak pilihnya. Patrialis tidak mengenakan rompi tahanan KPK warna oranye saat mencoblos.
"Saya hanya memilih satu di antara dua," kata Patrialis, lalu melambaikan tangan dan kembali masuk ke rutan sehingga tidak ikut foto bersama dengan para tahanan dari rutan Guntur.
Selanjutnya adalah Direktur Utama PT Merial Esa Fahmi Darmawansyah, yang menjadi terdakwa dalam kasus dugaan suap proyek pengadaan monitoring satelit di Badan Keamanan Laut (Bakamla).
Saat memberikan suara, dia mengenakan rompi oranye, tapi Fahmi tidak berkomentar mengenai pasangan calon pilihannya.
Ketiga adalah terdakwa kasus dugaan korupsi proyek pembangunan, pengadaan serta peningkatan sarana dan prasarana sekolah olahraga di Hambalang tahun 2010-2012, Andi Zoelkarnaen Mallarangeng alias Choel Mallarangeng yang sejak awal datang ke TPS konsisten menunjukkan tiga jari.
"Hatiku tidak mendua," kata Choel yang juga mengenakan rompi tahanan sambil tersenyum.
Keempat adalah tersangka kasus dugaan korupsi pengadaan alat kesehatan rumah sakit khusus untuk pendidikan tahun anggaran 2009 di Universitas Udayana, Bali, Marisi Matondang.
Kelima "Country Director" PT EK Prima Ekspor (EKP) Indonesia Ramapanicker Rajamohanan Nair yang sudah divonis 3 tahun penjara karena terbukti menyuap pejabat pajak.
Rajamohanan hanya tersenyum simpul sambil menunjukkan jari kelingkingnya yang sudah dicelupkan ke tinta pilkada.
Keenam adalah mantan anggota DPRD DKI Jakarta Mohamad Sanusi yang sudah divonis 7 tahun penjara karena menerima suap dalam pembahasan peraturan daerah tentang reklamasi.
"Sudah pasti tahu dong (pilihan saya)," kata Sanusi tersenyum.
Tahanan ketujuh adalah karyawan PT Merial Esa, Muhammad Adami Okta, keponakan Fahmi, yang merupakan terdakwa dalam kasus dugaan suap proyek pengadaan monitoring satelit di Bakamla.
Kedelapan, anggota Komisi V DPR dari Fraksi PAN Andi Taufan Tiro, terdakwa kasus dugaan suap proyek di bawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memberikan suara.
"Mau ditalak apa sama anak apa gue?" ungkap Andi Taufan sambil tersenyum dan menunjukkan tiga jari. Tak tampak raut sedih di wajahnya meski ia menghadapi tuntutan 13 tahun dari jaksa penuntut umum KPK dalam kasusnya.
Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) Setiabudi Ahmad Suprayogi mengatakan, 8 suara dari TPS di KPK akan digabung penghitungannya di TPS 19 Setiabudi.
"Nanti penghitungannya digabung di TPS 19 Setiabudi, ini ada tambahan dari pilkada putaran pertama kemarin yang hanya 7 orang," kata Ahmad.
Seusai mencoblos, ketujuh tahanan secara berbarengan mengacungkan jari simbol ‘Oke Oce’ kepada awak media, sebelum memasuki mobil tahanan KPK.
Sementara Patrialis Akbar, setelah menggunakan hak pilih, memilih mengeloyor ke mobil tahanan. Ia tak mau memberikan pernyataan mengenai pilkada kepada jurnalis.
Untuk diketahui, pada putaran pertama Pilkada DKI, pasangan kandidat nomor urut dua Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat menang telak di TPS tersebut.
Ahok-Djarot memeroleh 52 suara, sedangkan Anies-Sandi hanya mendapat 29 suara. Ketika itu, ada 87 surat suara yang sah dan dua suara tidak sah.
Baca Juga: Djarot Siap Kalah-Menang dan Terima Hasil Pilkada Jakarta