Ketua umum Kohati Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang (ISIP UMM) Hanan Nazah Anili, mengatakan, peran perempuan tidak hanya di sektor domestik dengan menjadi istri, dan ibu dari anak, tetapi lebih dari itu, perempuan juga sebagai anggota masyarakat. Menurutnya, kepedulian perempuan di Indonesia saat ini mengalami degradasi, dimana perempuan kurang memahami arti penting hubungannya terhadap masyarakat. Ditambah lagi dengan pemahaman yang kurang mengenai kesetaraan dan keadilan gender.
“Hal inilah yang kemudian memunculkan kurangnya kesadaran perempuan akan arti pentingnya kepemimpinan dan organisasi bagi perempuan,” kata Hanan di Malang, Jawa Timur, Sabtu (15/04/2017) malam.
Menyikapi permasalahan itu, Kohati ISIP UMM berkerjasama dengan Kohati se-Korkom UMM yang terdiri dari Kohati Ekonomi, Kohati Pertanian, dan Kohati Peternakan Perikanan UMM menggelar kegiatan ‘Kohati Berdialog’ bertajuk ‘Yang Muda, Yang Berkarya”.
Baca Juga: Nikahi Laki-laki, Transgender Muslim Dibunuh, Mayatnya Digantung
Hanan menambahkan, peserta kegiatan ini adalah kaum remaja dari pelbagai organisasi dan pondok pesantren, yang meliputi; Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU), Fatayat NU, Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Ranting Kebonsari, serta PP Nurul Ulum, PP Al’Ulya, PP Nurul Muttaqien, dan PP An-Nuriyah.
Ketua pelaksana, Maulia Rahma Fitria mengatakan, kegiatan ini akan fokus pada dua materi, yakni pentingnya budaya menulis, dan pentingnya kepemimpinan dan organisasi bagi kaum perempuan. Serta, beberapa game yang bersifat intermezo untuk memudahkan kawan-kawan peserta nantinya untuk memahami manajemen organisasi.
Dikatakan Maulia, untuk materi pentingnya budaya menulis, panitia akan menghadirkan pemimpin redaksi Terakota.id, Eko Widianto.
“Panitia berharap, peserta mampu mengajak agar lebih semangat lagi berkarya melalui tulisan, mengingat kawan-kawan peserta masih dibangku SMA,” kata Maulia.
Lebih lanjut Maulia menambahkan, untuk materi kedua, panitia menghadirkan pengajar filsafat Fatimah Suganda. Diharapkan, peserta mampu memahami dan sadar pentingnya organisasi sebagai wadah pemberdayaan perempuan sebelum terjun ke masyarakat.
Maulia pun ingat kata-kata pejuang kaum perempuan, yakni R.A. Kartini yang menyatakan bahwa untuk melanggengkan perjuangan itu dapat dilakukan dengan menulis.
“Saya berharap kaum perempuan mampu berkreatif, berkarya baik di ranah domestik dan ranah publik sebagai wujud kontribusi nyatanya,” tukas Maulia.