Pemimpin Gereja Katolik: Perbedaan Manusia Sebagai Rahmat Allah

Tomi Tresnady Suara.Com
Jum'at, 14 April 2017 | 13:05 WIB
Pemimpin Gereja Katolik: Perbedaan Manusia Sebagai Rahmat Allah
Umat Kristiani menjalankan prosesi visualisasi penyaliban Yesus (tablo) dalam ibadah Jumat Agung di Gereja Katedral, Jakarta, Jumat (14/4/2017). [suara.com/Oke Atmaja]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pemimpin Gereja Katolik Keuskupan Timika Mgr John Philip Saklil Pr mengajak umat Katolik di wilayah itu untuk menghormati dan menghargai perbedaan di antara sesama manusia sebagai rahmat Allah, bukan sebagai hal yang dipertentangkan.

"Sampai sekarang hidup manusia penuh dengan pertentangan. Sejak dunia ini diciptakan, perbedaan itu sudah ada. Rambut dan warna kulit berbeda-beda, bahasa berbeda-beda. Agama juga berbeda-beda. Bahkan dalam satu keluarga pun berbeda-beda. Tuhan menciptakan beraneka warna itu agar semua orang bisa bersatu dan saling melengkapi," kata Uskup Saklil di Timika, Jumat (14/4/2017).

Uskup menegaskan tidak ada satupun manusia yang tidak luput dari dosa. Hanya dengan saling menghargai dan menghormati perbedaan-perbedaan itu maka manusia bisa membangun persekutuan dan solidaritas yang penuh damai.

"Tetapi kalau kotoran atau dosa orang lain selalu dipermasalahkan maka orang itu selama-lamanya hidup dalam pertentangan. Kalau kita semua menyadari bahwa diri kita kotor dan penuh dosa, maka pasti kita juga akan menerima orang lain yang juga penuh kotor dan dosa seperti diri kita sendiri. Itulah inti pokok hukum cinta kasih," kata Uskup Saklil.

Baca Juga: Jelang Pilkada DKI, Begini Cara Membaca Hasil Survei

Uskup menegaskan bahwa kehancuran kehidupan manusia pada dunia dewasa ini karena orang hanya mementingkan diri sendiri dengan tidak memperdulikan kehidupan dan kepentingan orang lain sebagai sesama mahluk hidup.

Bahkan tidak jarang terjadi, katanya, orang memanfaatkan bahkan mengkhianati sesamanya untuk melanggengkan kepentingannya sendiri.

"Kehancuran dunia dewasa ini karena banyak orang hidupnya serakah, penuh kerakusan, tidak memperdulikan sesamanya yang masih menderita," kata Uskup.

Uskup Saklil mengajak umat Katolik di Keuskupan Timika agar merealisasikan ajaran cinta kasih kepada sesama, termasuk kepada musuh, tanpa menuntut balasan atau imbalan serta menolak dengan tegas segala bentuk tindak kekerasan sebagai perwujudan dari hukum balas-membalas.

"Jangan pernah mengaku beragama Katolik kalau hidup anda selalu diliputi dengan kekerasan, memakan dan membunuh orang lain," pesan Uskup Saklil.

Baca Juga: Pembantaian Sekeluarga di Medan, Kinara Sering Panggil Ibunya

Sementara itu perayaan Jumat Agung mengenang wafatnya Isa Almasih berlangsung di gereja-gereja di Kota Timika terutama gereja-gereja Kristen Protestan pada Jumat pagi.

Sementara di Gereja Katolik seperti Gereja St Stefanus Sempan dan Gereja Katedral Tiga Raja Timika, perayaan Jumat Agung baru dimulai pukul 15.00 WIT.

Pada Jumat pagi, umat Katolik Gereja St Stefanus Sempan Timika menggelar jalan salib hidup yang dimulai dari kompleks persekolahan Sta Maria Jalan Busiri menuju Gereja St Stefanus Sempan.

Kegiatan jalan salib yang dibuat dalam bentuk drama yang dipentaskan oleh Orang Muda Katolik tersebut diikuti ribuan umat. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI