Suara.com - Wisnu Broto larut dalam kesyahduan zikir dan salawat yang dirapal dirinya dan jemaah Masjid Jami Al Ihsan sesudah salat Subuh, Selasa (11/4/2017). Suasana khusyuk itu lantas seketika terpecah oleh dengung teriakan pria kesakitan di jalan sekitar.
Wisnu, seperti jemaah lain, kaget mendengar teriakan itu. Tapi tak lama, mereka mengenali suara teriakan, “itu suara Pak Novel Baswedan,” tutur Wisnu setengah berteriak seraya ikut jemaah lain berhamburan keluar.
Novel adalah penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang menyidik kasus megakorupsi dana pengadaan Kartu Tanda Penduduk berbasis elektronik (e-KTP). Ia menjadi korban teror dan wajahnya disiram air keras oleh dua sosok misterius, Selasa subuh, sekitar pukul 05.15 WIB.
“Jemaah sempat mengira ada orang berkelahi. Tapi setelah mengenali suara yang berteriak itu Pak Novel, kami langsung keluar menghampiri,” tutur Wisnu menceritakan kisah nahas di pagi hari itu.
Baca Juga: Besuk ke Rumah Sakit, Mahfud MD Ungkap Kondisi Novel Baswedan
Novel masih sadar ketika ditemui jemaah masjid di tempat wudu pria. Sejak lari dari lokasi teror, Novel memang menuju tempat pengambilan air wudu di masjid itu untuk membasuh wajahnya yang terasa panas dan perih.
Sembari membasuh wajahnya, Novel meminta jemaah mengantarkannya berobat ke rumah sakit terdekat. Oleh majelis, ia dibawa ke Rumah Sakit Mitra keluarga Kelapa Gading.
“Saya ikut mengantarnya,” tukas Wisnu.
Ketua RT RT3/RW10 Kelurahan Pegangsaan Dua, Jakarta Utara—tempat kediaman pribadi Novel—itu lantas mengatakan, jarak antara masjid dan lokasi penyiraman air keras tersebut hanya 50 meter.
Wisnu dan warga sempat mendatangi lokasi kejadian. Pelakunya sudah kabur entah ke mana. Tapi, mereka menemukan cangkir seng blirik warna hijau, yang tampaknya digunakan orang misterius itu sebagai wadah air keras.
Baca Juga: Dirawat di RSKO, Ridho Rhoma Kangen Masakan Arab Ibunda
"Air keras itu disiramkan ke Pak Novel dari cangkir melamin warna hijau. Air keras itu kena pas jubah Pak Novel dan wajahnya, terutama di mata. Karena itulah, saat lari ke masjid, Pak Novel sempat menabrak pohon. Matanya tak bisa melihat," bebernya.