Datang ke Belanda, Risma Bercerita Kepemimpinannya di Surabaya

Adhitya Himawan Suara.Com
Selasa, 11 April 2017 | 06:18 WIB
Datang ke Belanda, Risma Bercerita Kepemimpinannya di Surabaya
Walikota Surabaya Tri Rismaharini menghadiri diskusi bertajuk Kepemimpinan Berintegritas di Belanda. [Dok PPI]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Belanda dan PPI Rotterdam menggelar diskusi bertajuk “Kepemimpinan Berintegritas” yang mengundang Tri Rismaharini alias Risma, Walikota Surabaya, sebagai narasumber. Diskusi rutin yang diberi nama Lingkar Inspirasi ini dihadiri tidak kurang dari 85 pelajar Indonesia yang tengah menuntut ilmu di Belanda. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Jumat (7/4/2017), bertempat di Erasmus University Rotterdam, Belanda.

“Kepemimpinan berintegritas dipilih karena tema ini dianggap sesuai dengan sosok Bu Risma yang mampu memberikan teladan bagi khalayak selama memimpin kota Surabaya.”, demikian ungkap M. Hanif Nadhif, Koordinator Bidang Kajian dan Gerakan PPI Belanda.

Lingkar inspirasi dibuka oleh H.A. Ibnu Wiwaha Wahyutomo selaku wakil kepala perwakilan KBRI untuk Kerajaan Belanda yang secara ringkas menyambut kehadiran Bu Risma. Ia sekaligus berharap bahwa kehadiran beliau mampu memberi banyak pelajaran mengenai kepemimpinan bagi rekan-rekan pelajar Indonesia. Hal ini senada dengan sambutan yang disampaikan oleh Gerry Julian sebagai perwakilan PPI Belanda, dan Christian Hutabarat, ketua PPI Rotterdam.

Selama diskusi, Risma mengangkat fokus pembahasan pada peningkatan perekonomian di kota Surabaya melalui pengembangan masyarakat. Pada awal terpilih sebagai walikota, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur, terhitung sekitar 12 persen masyarakat kota Surabaya tergolong miskin. Nilai ini kemudian turun hingga 1,2 persen setelah 6 tahun kepemimpinan beliau.

Baca Juga: Pelajar Indonesia di Belanda Berdiskusi Tentang Desentralisasi RI

Strategi pemerintah kota Surabaya untuk penurunan angka kemiskinan tersebut diakui tidak mudah dan telah dilakukan melalui berbagai macam aspek, di antaranya peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan, pendirian kelompok-kelompok usaha seperti Pahlawan Ekonomi, Youth Organization Development, start-up Surabaya, dan pelbagai strategi lainnya. Upaya ini dianggap berkontribusi terhadap penurunan inflasi kota Surabaya dari tingkat 4.39 pada tahun 2012 menjadi diproyeksikan 3.22 di tahun 2016. Indeks Pembangunan Manusia di kota Surabaya pun meningkat dari 77.2 menjadi 79.47 selama lima tahun, sesuai data dari BPS Provinsi Jawa Timur.

Risma menekankan bahwa dalam mengelola kota harus dilakukan secara keseluruhan dan dari berbagai macam aspek, terutama sumber daya manusia.

“Tidak bisa kalau terlalu dibuat prioritas. Semisal fokus ke infrastruktur tapi manusianya dilupakan.”, tutur Risma. “Untuk apa membangun kota apabila dinikmati bukan oleh warganya. Jangan jadi penonton di kota sendiri. Kita harus menjadi tuan dan nyonya di kota kita.”, imbuhnya.

Salah satu kelompok usaha di Surabaya yang dibahas oleh Bu Risma yakni Pahlawan Ekonomi. Ia menyebutkan bahwa kini Pahlawan Ekonomi telah memiliki anggota lebih dari 100 ribu orang dan beberapa telah mampu mengekspor produknya. Menariknya, anggota kelompok usaha ini sebagian besar merupakan ibu-ibu rumah tangga dengan tingkat pendidikan formal terakhir kisaran SD atau SMP.

“Ada yang dulunya TKW mau memperpanjang izin kerja, tapi saya tolak. Saya rayu supaya nggak balik keluar negeri, kerja di sini saja.”, ujar Bu Risma sambil tertawa sembari menunjuk foto salah satu anggota Pahlawan Ekonomi yang tertera dalam layar presentasi.

Di samping kemajuan dari berbagai aspek, Risma mengakui masih terdapat bidang lain yang perlu dibenahi, salah satunya perihal transportasi publik. Di luar itu, tingkat kepuasan masayarakat, pendidikan, kesehatan, pelayanan air, dan keamanan pejalan kaki di kota Surabaya dinilai cukup baik.

Tingginya antusiasme peserta dalam berdiskusi dengan alumnus Erasmus University Rotterdam ini nampak dari banyaknya pertanyaan yang diajukan. Tak pelak, kepemimpinan Bu Risma sering dikaitkan dengan penutupan Gang Dolly. Menanggapi pertanyaan yang diajukan oleh salah satu peserta terkait hal ini, Bu Risma menyampaikan bahwa keinginan kuat beliau untuk menutup lokalisasi tersebut ialah ketakutan terhadap masa depan anak-anak. Ia bertekad memberi masa depan yang lebih baik bagi generasi penerus kota Surabaya.

Risma mengakhiri diskusi dengan berpesan kepada seluruh pelajar Indonesia yang berada di luar negeri, “Tolong kembali untuk bangun Indonesia. Indonesia membutuhkan teman-teman semua di manapun itu,” tutup Risma.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI