Ini Perempuan Muslim Pertama yang Diangkat Jadi Diplomat Israel

Suwarjono Suara.Com
Senin, 10 April 2017 | 19:52 WIB
Ini Perempuan Muslim Pertama yang Diangkat Jadi Diplomat Israel
Rasya Atamnya (timeofisrael)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Meski kerap menimbulkan kontroversi dalam setiap kebijakan luar negerinya, terutama bagi negara muslim, Negara Israel resmi mengangkat seorang perempuan muslim menjadi diplomat negara Yahudi tersebut.

Adalah Rasha Atamnya, perempuan berusia 31 tahun yang ditunjuk Kementerian Luar Negeri Israel untuk menjadi diplomat di kedutaan besar negara tersebut untuk Turki.

Seperti dilansir timesofisrael.com, Rasha akan bertugas menjadi sekretaris di tempat tugasnya di negara yang selama ini dikenal memiliki hubungan ekonomi yang kuat dengan negara bintang daud

tersebut.

Rasha sendiri berasal dari kota permukiman Arab, Baqa Al Gharbiya yang berada di tengah-tengah negara tersebut.

Perempuan yang berhasil menyelesaikan studi psikologi di Hebrew University Yerusalem ini bukanlah diplomat perempuan Israel pertama.

Sebelumnya, Israel resmi mengangkat, Rania Jubran menjadi diplomat pada tahun 2006 hingga 2009.

Selama masa studinya di Hebrew University, Rasha menunjukan kemampuannya berdiplomasi saat bergabung dengan studi klub “Model United Nation (MUN)” di kampusnya.

Ketika masih kuliah, ia juga pernah menulis tentang konsep PBB. Diakuinya, di daerah tempatnya tumbuh, Baqa Al Gharbiya, merupakan wilayah konflik antara warga Israel-Palestina dan Arab-Yahudi.

“Namun saya masih percaya dan meyakini perdamaian antar bangsa di dunia,” katanya dari sebuah blog yang diunggah di situs kementerian luar negeri Israel.

Setelah setahun bersama MUN, Atamny terpilih mewakili Israel di New York sebagai duta muda untuk PBB selama tiga bulan.

“Dari pengalaman tiga bulan di PBB, ada satu titik yang mengubah saya. Suatu hari, ketika mengikuti komite majelis hak asasi manusia, saya mendengarkan dengan penuh antusias diskusi tentang kekerasan terhadap perempuan,” tulisnya.

Dari majelis itu, ia mendengar berbagai tuduhan dari anggota dewan yang ditujukan kepada Israel. "Tuduhan diskriminasi tersebut sangat mengecewakan,” ungkapnya.

Sejak saat itu, ia mengaku kecewa dan putus asa dengan pandangan negatif terhadap negaranya. Hingga akhirnya, ia memutuskan untuk mengambil beban tersebut.

“Saya percaya akan perdamaian, karena saya percaya setiap manusia mampu menciptakan perbedaan yang positif di dunia ini. Dan saya ingin ambil bagian di dalamnya. Karena itulah, saya memutuskan memilih untuk bergabung di kementerian luar negeri,” tulisnya. (Ichandra iswinarno)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI