60 Rudal Tomahawk AS Bunuh 9 Warga dan Anak-anak Suriah

Reza Gunadha Suara.Com
Sabtu, 08 April 2017 | 11:37 WIB
60 Rudal Tomahawk AS Bunuh 9 Warga dan Anak-anak Suriah
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump (kiri), dan Wakil Presiden AS, Mike Pence, di Gedung Putih, (24/3). [AFP/Mandel Ngan]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sembilan warga sipil termasuk empat anak-anak tewas dalam serangan rudal Amerika Serikat pada pangkalan udara Suriah di dekat Kota Homs pada Jumat (7/4/2017), menurut kantor berita pemerintah Suriah.

Kantor Berita Suriah SANA, Sabtu (8/4), melaporkan warga sipil itu tewas di desa-desa dekat pangkalan udara. Selain itu, sedikitnya tujuh orang terluka dan rumah di daerah itu rusak parah dihantam 59 rudal Tomahawk AS.

Warga setempat menerangkan dua rudal AS menghantam pangkalan udara militer Suriah Al-Shairat. Tapi, rudal itu juga sekaligus membunuh lima warga, termasuk tiga bocah dan menghancurkan rumah penduduk.

Sementara rudal AS lainnya menghantam perkampungan Al-Hamrat, sehingga membunuh empat warga termasuk seorang bocah.

“Selain itu, tujuh warga di perkampungan al-Manzoul, 4 kilometer dari pangkalan udara Al-Shairat luka parah karena rudal AS,” demikian laporan SANA.

Putin Kecam Agresi AS

Presiden Rusia Vladimir Putin mengecam serangan Amerika Serikat ke pangkalan militer Suriah Jumat (7/4) pagi. Putin klaim hal tersebut merupakan agresi terhadap sebuah negara berdaulat.

"Presiden Putin menyebut serangan Amerika ke Suriah merupakan agresi terhadap sebuah negara berdaulat dan melanggar norma internasional," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.

Baca Juga: Sambangi Petani Kendeng Penolak Pabrik Semen, Sutiyoso Dikecam

Untuk diketahui, sebanyak 60 rudal Tomahawk diluncurkan dari kapal perang negeri Paman Sam yang ada di perairan Laut Tengah.

Puluhan rudal mematikan tersebut, seperti dilansir AFP, ditujukan ke satu pangkalan udara milik tentara Suriah.

Ini adalah kali pertama serangan militer AS yang ditujukan kepada pemerintah Suriah, dan menjadi keputusan perang pertama Presiden Donald Trump.

Pejabat pemerintahan AS di Washington DC mengungkapkan, 60 rudal itu ditembakkan sebagai aksi balasan atas serangan gas beracun ke warga sipil di Idlib.

Trump dan militer sekutu yang dipimpin AS secara sepihak menuding serangan memakai senjata kimia itu didalangi pemerintah Suriah.

Sementara berdasarkan analisis faktual militer Suriah dan Rusia yang menjadi sekutu Presiden Bashar Al Assad, senjata kimia itu bukan dijatuhkan oleh pesawat-pesawat tempur pemerintah.

“Senjata kimia berupa gas itu berada di sebuah gudang milik kubu pemberontak Suriah. Ketika pesawat tempur Suriah membombardir basis para pemberontak, senjata kimia di gudang itu ikut meledak. Jadi, yang harus bertanggungjawab adalah pemberontak,” terang pejabat militer Rusia, seperti dikutip Al Jazeera.

Serangan militer AS atas tuduhan sebuah negara memunyai dan menggunakan senjata kimia bukan kali pertama terjadi. Sebelumnya, tahun 2003, militer AS secara sepihak menuduh Irak yang ketika itu dipimpin Presiden Saddam Husein memunyai dan menggunakan senjata kimia.

Berdasarkan klaim tersebut, AS melancarkan perang agresi di Irak. Kekinian, klaim Irak dan Saddam Husein memunyai senjata kimia tidak juga bisa dibuktikan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI