Suara.com - Calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut dua Basuki Tjahaja Purnama menceritakan, nama dirinya nyaris diadopsi sebagai jenama Masjid Raya DKI Jakarta, di Jalan Daan Mogot, Jakarta Barat.
Namun, Ahok mengungkapkan secara tegas menolak namanya diadopsi untuk masjid yang bakal diresmikan oleh Presiden RI Joko Widodo, 16 April 2017.
"Ada seorang pejabat pemprov yang mengusulka, ‘pak, bagaimana kalau masjid raya Daan Mogot diberi nama Nurul Qomar? Biar orang tahu masjid itu dibuat oleh bapak’,” tutur Ahok, saat bersilaturahmi di Kantor GP Ansor, Jalan Kramat Raya, Senen, Jakarta Pusat, Jumat (7/4/2017).
Nurul Qomar adalah bahasa Arab untuk dua suku nama terakhir Ahok. Nurul berarti cahaya (Tjahaja; ejaan lama), sedangkan Qomar adalah (bulan) purnama.
Baca Juga: Kembali Memanas, Turki 'Sandera' 100 Warga Belanda
Ahok menuturkan, dirinya langsung menolak usulan tersebut dan memilih menggunakan nama ulama pendiri Nahdlatul Ulama KH Hasyim Asyari.
Selain tokoh Islam sekaligus nasionalis yang sangat dihormati, nama itu dianggap Ahok lebih cocok karena masjid raya itu sendiri dekat Jalan Hasyim Asyari.
"Saya langsung tegaskan, tidak boleh! Saya dan Pak Djarot (Saiful Hidayat) kan mau menegakkan Islam Rahmatan Lil Alamin di Jakarta, jadi pakai nama KH Hasyim Asyari, itu sangat cocok,” tutur Ahok.
Dalam acara yang sama, Ketua Pengurus Pusat Gerakan Pemuda Ansor Yaqut Cholil Qoumas mengubah nama dan memberi julukan kepada Ahok.
"Selamat datang Pak Basuki Nurul Qomar," kata Gus Tutut, begitu sapaan beken Yaqut, disambut tawa hadirin.
Baca Juga: Cinta Tak Direstui, Pengojek Rekam Wasiat Sebelum Gantung Diri
Selain memberi Ahok nama memakai bahasa Arab, Gus Tutut juga memberikan julukan khusus kepada calon petahana tersebut.