Suara.com - Pemerintah Turki 'menyandera' atau melarang 100 warga negara Belanda untuk pergi meninggalkan negara tersebut. Turki beralasan, seratus orang itu melancarkan kritik terhadap Presiden Recep Tayyib Erdogan.
Padahal, seperti dilansir Independent, Jumat (7/4/2017), warga asing yang 'disandera' itu ke Tukri untuk melakukan kunjungan keluarga.
Namun, oleh aparat rezim Erdogan, mereka dituding sengaja ke Turki untuk mengkritik dan mendukung gerakan Hizmet yang dipimpin Fethullah Gulen. Sang pemimpin sendiri diasingkan di Amerika Serikat.
Sementara Juru bicara Kementerian Luar Negeri Belanda mengakui belum bisa memastikan jumlah warganya yang disandera Turki.
Baca Juga: Cinta Tak Direstui, Pengojek Rekam Wasiat Sebelum Gantung Diri
"Informasi yang kami dapat, mereka tak dibolehkan keluar Turki karena banyak persoalan. Salah satunya mereka dituduh terlibat gerakan Fethullah Gulen. Tapi, kami akan membantu mereka,” terangnya.
Untuk diketahui, hubungan diplomatik Turki-Belanda beberapa pekan terakhir terus memanas. Kerenggangan hubungan itu diawali insiden pelarangan masuk bagi Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusgolu saat mau berkunjung ke Rotterdam, 11 Maret 2017.
Sang menteri yang ingin berkampanye untuk Erdogan di komunitas warga Turki Belanda, ditahan di bandara dan diminta pulang ke negeri asalnya.
Selain berkonflik dengan Belanda, Presiden Erdogan juga terlibat perseteruan dengan Gulen. Erdogan secara sepihak memastikan Gulen adalah tokoh intelektual di balik layar kudeta yang gagal Juli 2016.
Pascakudeta gagal, Erdogan memunyai alasan untuk memecat dan menahan 42.000 guru dan jurnalis. Puluhan ribu orang itu dituding berpihak kepada Gulen.
Baca Juga: Perkenalkan, Basuki Nurul Qomar si Sunan Kalijodo