Guru Besar Emeritus Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Mochtar Pabottingi tidak yakin dengan sikap kedua pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta yang membantah gunakan isu Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA). Menurutnya, ada pasangan calon yang membantahnya dengan tidak jujur, karena hanya retorika.
"Satu sungguh-sungguh jujur katakan tidak, satu hanya retorika," katanya dalam diakusi bertajuk 'Quo Vadis Indonesia: Skenario Politik Paska Pilkada Jakarta' di Kantor Para Syndicate, Jalan Wijaya Timur 3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (7/4/2017).
Mohtar tidak mau menyebutkan siapa yang sungguh-sungguh menolak isu SARA dan siapa yang pura-pura. Menurutnya, dengan situasi yang terjadi di lapangan selama ini, masyarakat sudah paati mengetahui dan menentukan kelompok tersebut.
Baca Juga: Jaksa Tak Keberatan Sidang Ahok Ditunda Sampai Pilkada Selesai
Oleh karena itu, kata Mochtar, isu SARA yang begitu sengit terjadi dalam Pilkada DKI Jakarta secara sengaja dimunculkan oleh pasangan dan pendukung pasangan calon tertentu.
"Memang iya, memang dimunculkan, sengaja itu," kata Mohtar.
Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa, isu SARA yang nyata tersebut tercermin dalam rentetan aksi demo selama ini. Sebab, dengan aksi-aksi massa yang begitu besar tersebut membuat pasangan calon lain tersudutkan.
"Itu semuanya SARA sebetulnya. Dan kita tahu siapa yang dipojokan, siapa yang dihantam, bunuh Ahok, darahnya halal, itu semua sudah kelihatan dari mana itu," katanya.
"Itu menguntungkan satu pihak dan tidak ada penegasan dari kelompok yang lawan Ahok yang mengatakan itu (SARA) kami tidak suka. Mestinya ditegaskan, jangan bawa SARA, itu kami tidak suka. Pokoknya apa yang dikatakan itu tidak tulus," kata Mohtar.