Sangkal Bantai Rohingya, Aung San Suu Kyi: Aku Bukan Bunda Teresa

Reza Gunadha Suara.Com
Kamis, 06 April 2017 | 16:22 WIB
Sangkal Bantai Rohingya, Aung San Suu Kyi: Aku Bukan Bunda Teresa
Aung San Suu Kyi. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pemimpin Myanmar sekaligus tokoh hak asasi manusia yang diakui dunia, Aung San Suu Kyi, banyak mendapat tanggapan negatif khalayak mengenai sikapnya terhadap etnis Rohingya.

Penerima hadiah Nobel Perdamaian 2012 itu, dianggap turut melakukan pembiaran atas pembantaian serta pemusnahan etnis Rohingya di Myanmar.

Itu lantaran sikap diamnya terhadap sejumlah peristiwa pembunuhan massal terhadap warga Rohingya di Negara Bagian Rakhine.

Saat kali pertama melakoni permintaan wawancara tahun 2017, Aung San Suu Kyi akhirnya berani mengomentari persoalan Rohingya.

Baca Juga: Hamas Hukum Gantung Tiga Mata-mata Israel

Namun, seperti dilansir AsianCorrespondent, Kamis (6/4/2017) pernyataan-pernyataannya dalam wawancara eksklusif bersama jurnalis BBC Fergal Keane, Rabu (5/4), justru dinilai banyak pihak tidak tegas membela Rohingya.

Pernyataan Suu Kyi yang terbilang paling kontroversial dalam wawancara itu, seperti dilansir The Guardian, adalah tidak mengakui adanya pembantaian dan pembersihan etnis Rohingya di Myanmar.

”Tidak ada pembersihan etnis. Di daerah itu banyak permusuhan. Bahkan ada pula muslim yang membunuh muslim (Rohingya membunuh Rohingya) kalau mereka bekerjasama dengan militer,” tutur Suu Kyi.

Dengan begitu, kata dia, persoalan Rohingya bukanlah mengenai pembersihan etnis, melainkan perseteruan antarwarga dan antarkubu dalam komunitas Rohingya.

Pernyataan Suu Kyi mengenai tak adanya pembersihan etnis Rohingnya justru 180 derajat berbeda dengan hasil penyelidikan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Oktober 2016.

Baca Juga: Kisah Klasik Djarot Saiful Hidayat, Antara Vespa dan Farida

Dalam hasil penyelidikannya, PBB mengungkapkan 1.000 warga Rohingnya tewas dibunuh militer Myanmar dalam operasi yang direstui pemerintah. Belum lagi penyiksaan, pemerkosaan, serta perbudakan anak dan perempuan Rohingya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI