Suara.com - Tim SAR gabungan memindahkan posko identifikasi untuk menghindari terjadinya longsor susulan yang berada di sekitar lokasi bencana di Desa Banaran, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.
"Dengan alasan keamanan, posko dipindah karena khawatir ada longsor susulan," ujar Koordinator Tim DVI longsor Banaran AKBP Mochammad Ony Swasono di lokasi longsor di Ponorogo, Rabu (5/4/2017).
Sebelumnya, posko identifikasi berada di Ring 1 lokasi longsor di Desa Banaran, Kecaatan Pulung, atau di sektor A yang tempatnya di sekitaran puncak. Poskonya berbentuk tenda darurat yang luasnya sekitar 24 meter persegi dengan peralatan terbatas atau tidak mencukupi untuk proses identifikasi.
Bahkan saat hujan mengguyur, tim harus berada di dalam tenda yang keamanannya kurang terjamin mengingat kondisi di sekitarnya masih berdekatan dengan titik longsor. Sebanyak tiga jenazah yang di hari kedua dan ketiga ditemukan diidentifikasi di tempat tersebut, namun karena kondisi fisik jenazah masih bisa dikenali, tim tidak terlalu susah menyimpulkan identitasnya.
Baca Juga: Selfie di Lokasi Longsor Ponorogo, Dua Perempuan Ini Dikecam
Menurut dia, yang menjadi kendala jika posko tetap dipaksakan berada di puncak, selain keamanan adalah fasilitas yang tidak memenuhi syarat.
"Jaringan komunikasi terputus karena sinyal susah dan pendalaman identifikasi terhadap jenazah harus detail sehingga memerlukan jaringan internet. Apalagi jenazah sudah tertimbun tanah beberapa hari yang dari segi fisik sulit dikenali," ucapnya.
Karena itulah terhitung sejak hari kelima pencarian, posko identifikasi dipindahkan ke pusat Kecamatan Pulung, tepatnya di samping Puskesmas Pulung, yang jaraknya sekitar 15 kilometer dari Dukuh Tangkil atau titik kejadian.
"Meski agak jauh, tapi lebih efektif dan tugas tim identifikasi berjalan maksimal. Apalagi di sini dekat dengan kantor Kecamatan Pulung maupun Mapolsek Pulung," kata Kasub Biddokpol Polda Jatim tersebut.
Sementara itu, anggota tim forensik dari Universitas Airlangga Surabaya Pudji Hardjanto menyambut positif pemindahan posko karena peralatan identifikasi sangat butuh akses, terutama komunikasi dan internet.
Baca Juga: Longsor di Jagakarsa, Bocah 12 Tahun Tewas Tertimpa Atap Rumah
Mahasiswa S2 jurusan ahli forensik itu memisalkan alat "Mobile Automatic Multi Biometric Identification System" (Mambis), yaitu alat pengungkap identitas melalui sidik jari yang butuh jaringan internet.