Peti Mati Soekarno Jadi Favorit di Museum Prasasti

Siswanto Suara.Com
Minggu, 02 April 2017 | 12:06 WIB
Peti Mati Soekarno Jadi Favorit di Museum Prasasti
Konferensi Asia Afrika dilaksanakan di Bandung pada tanggal 18-24 April 1955 dan dibuka oleh Presiden Soekarno.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Peti Jenazah mantan Presiden Soekarno selalu menjadi pusat perhatian bagi pengunjung Museum Prasasti, Tanah Abang Jakarta Pusat.

"Peti jenazah Soekarno inilah yang sering menjadi perhatian para pengunjung yang datang ke museum. Dulu tempatnya sempit jadi dipindahkan," kata Satuan Pelayanan Museum Taman Prasasti Andri Laksana dikutip dari Antara, Minggu (2/4/2017).

Peti tersebut telah ada sejak museum dibangun pada tahun 1975.

Menurut Andri koleksi peti mati lainnya dari museum tersebut adalah yang digunakan untuk membawa jenazah mantan Wakil Presiden Mohammad Hatta.

Data yang di dapat dari pihak museum, menyebutkan bahwa peti jenazah Soekarno digunakan untuk mengantar jenazah dari RSPAD Gatot Subroto menuju Wisma Yaso, (sekarang Museum Satria Mandala) kediaman Soekarno menghabiskan masa-masa terakhir hidupnya. Peti mati itu hibah dari Yayasan Palang Hitam Jakarta.

Sementara itu peti Mohammad Hatta digunakan untuk mengantar jenazah menuju Tempat Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta Selatan.

"Tetapi ada sumber lain yang menyatakan bahwa peti jenazah tersebut tidak digunakan untuk mengantar jenazah," katanya.

Peti Bung Hatta merupakan pemberian keluarga Bung Hatta untuk Museum Taman Prasasti sebagai koleksi benda bersejarah.

Museum Prasasti tidak memiliki data yang lengkap mengenai asal usul peti tersebut dibuat dimana dan kapan dibuat, karena pada saat diberikan ke pihak museum tidak disertai data benda tersebut, ucap Andri Laksana.

Selain peti jenazah, koleksi lain yang juga favorit pengunjung adalah Tugu Peringatan Tentara Jepang Kompi 9 Batalyon 16 Divisi 2 Kota Shibata yang gugur di Sungai Cijantung, Bogor.

Tugu ini menjadi tujuan wisatawan asing terutama wisatawan dari Jepang.

"Wisatawan dari Jepang tersebut biasanya melakukan upacara tertentu dan pembacaan doa pada saat berkunjung," kata Andri.

Terdapat tiga kereta kuda koleksi Museum Prasasti,satu di antaranya adalah kereta jenazah yang merupakan peninggalan pada masa kolonialisme Hindia-Belanda.

Pada kereta tertulis bahwa kereta merupakan buatan Batesville Casket Company Inc. yang berada di Indiana, Amerika sekitar tahun 1890-an.

Dua kereta lainnya, merupakan pemberian Presiden RI Joko Widodo saat menyelenggarakan Festival Kereta Kencana 2012 tanggal 4 Juli di Kota Karanganyar, Solo, Jawa Tengah.

Kereta tersebut dibuat oleh H. Anwar Muhtadi seorang pengrajin kereta kuda di Solo, Jawa Tengah.

Museum yang bisa dikunjungi setiap hari Selasa sampai Minggu dengan harga tiket Rp.5.000 mulai pukul 09.00 WIB -15.00 WIB ini punya 856 koleksi.

Museum tersebut menurut data inventaris koleksi dari pihak museum tahun 2016, bahwa terdapat 856 unit benda koleksi.

"Koleksi benda sejarah disini kebanyakan merupakan tugu prasasti atau nisan kuburan yang dulunya menjadi makam para penduduk asing saat masa kolinialisme. Makam ini sudah tidak ada jenazahnya, semua jenazah telah dipindahkan antara tahun 1975-1977," kata Andri.

Ada sekitar 20 koleksi unggulan Museum Taman Prasasti namun belum dipamerkan karena menunggu pengesahan dari Balai Konservasi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI