Suara.com - Netizen ramai memperbincangkan isu penempelan stiker pribumi semenjak malam sebelum berlangsung aksi massa Jumat (31/1/3017). Ihwal isu ini dari foto yang viral di media sosial yang menunjukkan seseorang tengah menempelkan stikur di mobil yang berada di tengah jalan raya.
Meskipun polisi sudah menegaskan bahwa isu tersebut cuma hoax, netizen tetap gaduh hingga Sabtu (1/4/2017) dini hari. Tapi tak semua warganet merespon serius, sebagian cuma canda-canda saja.
"DI KTP tdk ada tertulis PRIBUMI..adanya WNI...istilah pribumi sebagai alat cari dukungan jgn terbawa arus...kita harus sadar," tulis netizen.
Isu yang membuat kegaduhan di antara warganet tersebut muncul di tengah kampanye pilkada Jakarta putaran kedua. Pilakda Jakarta putaran kedua diikuti oleh pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
"Non Pribumi itu Ahok, kalau anda sy gak tau Cina buka. Moh Guntur Romli, kang Dede, Djarot= Pribumi. Ahok=Non Pribumi.Sekedar mengingatkan," tulis seorang netizen.
Sebagian netizen tidak setuju dengan stigma pribumi dan stigma non pribumi dimunculkan. Baginya isu ini dimunculkan hanya untuk tujuan memecah belah anak bangsa. Mereka berhasap agar pihak berwajib menindak provokatornya.
"Apaan, norak, bikin gaduh aja," tulis netizen.
Gemes dengan isu stigma tersebut. Sebagian netizen menjadikannya banyolan.
"Maaf yaa sy bkn pribumi, papi sy asli spanyol tmpatnya barcelona, klo mami sy itu orng mecedonia. Di indonesia kami cuma liburan," tulisnya.
Meskipun dinyatakan hoax, polisi tak tinggal diam. Anggota Polda Metro Jaya saat ini sedang melacak siapa orang yang pertamakali menyebarkan hoax. Polisi ingin mengatahui apakah itu berkaitan dengan kepentingan pilkada atau bukan.
Sejak jelang pilkada putaran pertama dan kini memasuki putaran kedua, isu SARA sering dipakai untuk kepentingan pragmatis. Padahal, menurut ketentuan jelas-jelas pemakaian isu tersebut dilarang keras.