Suara.com - Saksi ahli psikologi sosial Risa Permana Deli menyatakan kehadiran Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) ke Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, untuk kunjungan kerja terkait program budi daya ikan kerapu. Kunjungan tersebut, katanya, tidak ditolak warga setempat.
"Yang namanya berpikir secara sosial dalam masyarakat sebetulnya kita bisa bikin analogi dari rumah. Jadi orang Jawa rumahnya Joglo, orang Minang rumahnya Rumah Gadang dan setiap rumah miliki struktur yang berbeda," kata Risa sebagai saksi ahli meringankan dalam sidang ke 16 di Auditorium Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, Rabu (29/3/2017).
Dia menjelaskan struktur itu terbangun dari sejarah masyarakat, kebudayaannya, peradabannya, hukum, dan norma adat setempat sehingga ketika masyarakat tinggal di rumah tersebut dia dengan sendirinya mewarisi seluruh cara berpikir dari masyarakat tersebut dan mengaplikasikannya terhadap kehidupan dia sehari-hari.
"Di dalam berpikir secara sosial ketika dia sadar bahwa dalam hal ini saya bercerita tentang masyarakat di Kepulauan Seribu, maka di rumah tersebut sudah ada struktur dan mental yang terbentuk saya tidak tahu mungkin dari sekian abad atau sekian puluh tahun dan struktur mental itu kemungkinan dia mengenali mana yang bisa diterimanya dan mana yang bisa ditolaknya," tuturnya.
Dia mengatakan apabila ditolak, mungkin masyarakat akan menaruh orang tersebut di luar rumah tersebut. Namun, kalau diterima masyarakat akan mempersilakan orang tersebut masuk ke dalam rumah.
"Saya lihat bahwa sebetulnya masyarakat Kepulauan Seribu tidak pernah meletakkan apa yang diucapkan dari kunjungan Ahok sebagai gubernur di luar rumah. Jadi, mereka tidak menolak. Itu kita bisa lihat misalnya pada reaksi ketika mereka bertepuk tangan. Begitu tepuk tengan itu sebetulnya representasi dari konektivitas antara yang disampaikan oleh Ahok sebagai gubernur dengan rakyat di Kepulauan Seribu," kata Risa.