Seperti Ini Suasana Bali Sehari Usai Nyepi

Siswanto Suara.Com
Rabu, 29 Maret 2017 | 10:42 WIB
Seperti Ini Suasana Bali Sehari Usai Nyepi
ILUSTRASI: Umat Hindu melakukan sembahyang saat perayaan Nyepi di Pura Aditya Jaya, Rawamangun, Jakarta, Selasa (28/3/2017). [Suara.com/Oke Atmaja]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Suasana Bali berangsur-angsur normal, Rabu (29/3/2017), saat Ngembak Nyepi yang merupakan sehari setelah umat Hindu menunaikan ibadah Tapa Brata Penyepian Tahun Baru Saka 1939 dengan nuansa hening, sunyi, dan gelap gulita di malam hari.

Aktivitas masyarakat hari pertama memasuki Tahun Baru Saka 1939 mulai menggeliat, meski toko-toko sepanjang jalan utama di Kota Denpasar dan sekitarnya masih tutup.

Aktivitas terlihat dari kehidupan pasar, seperti Pasar Pemedilan dan Pasar Badung, meskipun pengunjung masih sepi. Tak ketinggalan tenaga kebersihan Kota Denpasar yang kerja keras membersihkan dan mengangkut sampah yang menumpuk di pemukiman maupun tepi jalan.

Puluhan truk mengangkut sampah sudah beroperasi sejak pagi hari dari tempat-tempat pengumpulan sampah ke tempat pembuangan akhir sampah di kawasan Suwung di pinggiran Kota Denpasar.

Dalam rangkaian perayaan Nyepi, umat Hindu melakukan berbagai kegiatan ritual yang banyak memproduksi sampah dari bekas banten atau sesaji, serta aneka bungkus makanan-minuman ketika warga melakukan malam pengerupukan dengan mengarak ribuan ogoh-ogoh.

Meskipun jalan-jalan masih tampak lengang, suasana Hari Raya masih menyelimuti, karena perkantoran instansi pemerintah dan swasta di Bali masih menjalani fakultatif (libur lokal), termasuk anak-anak sekolah masih libur.

Hari Raya Nyepi merupakan libur nasional, namun untuk instansi pemerintah dan sekolah di Bali berlangsung selama dua hari libur lokal (27 dan 29 Maret) ditambah sehari libur nasional (28 Maret), sehingga perkantoran dan sekolah baru buka kembali mulai hari Kamis (30 Maret).

Kesempatan itu dimanfaatkan sebagai besar pegawai negeri maupun anggota masyarakat yang bermukim di Denpasar untuk pulang ke kampung halamannya di delapan kabupaten di luar Kota Denpasar.

Pada hari Ngembak Nyepi, masyarakat melakukan persembahyangan syukur, lalu saling berkunjung ke keluarga atau kerabat dekat untuk saling memaafkan (silaturahim), dan juga mengunjungi objek-objek wisata untuk rekreasi. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI