"Yang ambruk ini animoter yang lama, masih berfungsi sebagai "back up" untuk dua animometer lainnya," katanya.
Sementara itu angin juga merusak sangkar meteorologi iklim. Terdapat tiga unit sangkar meteorologi, salah satunya rusak, beberapa lantai jebol dan pintu. Di dalam sangkar terpasang alat diskometer yang berfungsi untuk mengukur kelembapan suhu dan juga kecepatan angin.
"Yang rusak hanya bangunan sangkarnya. Alatnya masih terlindungi, jadi masih bisa beroperasi," kata Deddy.
Badai Tropis, Deddy menjelaskan, kondisi cuaca di Indonesia sedang terjadi pertemuan angin dari barat daya pertemuan sepanjang Jawa sampai Nusa Tenggara karena di selatan Papua ada pusat tekanan rendah atau menyebabkan timbulnya bibit badai tropis.
Baca Juga: Video Viral! Ahok 'Diserbu', Anies 'Dicueki' Penonton Mata Najwa
"Biasanya, kondisi ini menimbulkan angin kencang hampir di seluruh Jawa karena angin bergerak ke arah timur (angin barat) menuju pusat tekanan rendah di selatan Papua," katanya.
Menurut dia, kondisi tersebut berpotensi terjadi selama sepekan hingga 10 hari mendatang. Kondisi cuaca beberapa hari ini sering terjadi tumbuh lagi dan berkembang lagi bibit-bibit badai tropis atau siklon.
Ia menjelaskan kondisi tersebut hanya dapat terpantau melalui satelit. Akan terjadi bila ada tekanan rendah, dan kalau muka air naik akan berkembang menjadi 'tropical deppression' atau berubah menjadi badai tropis (siklon tropis).
"Hanya satelit yang mampu mendeteksi suhu muka laut dan tekanan rendah," katanya.
Tetapi, lanjut Deddy, masyarakat dapat mewaspadainya dengan melihat kondisi cuaca di sekitar seperti bila pagi hari sudah panas. Lalu di siang hari muncul awan-awan tebal seperti awan CB, dapat mewaspadai akan terjadi hujan disertai kilat dan angin kencang.
Baca Juga: Samsung: Galaxy Note 7 Akan Didaur Ulang dan Dijual Lagi
"Kondisi ini terjadi lokal, tidak merata. Seperti kemarin di wilayah Kota Bogor tidak hujan, tetapi di Dramaga terjadi hujan disertai angin kencang," kata Deddy. [Antara]