Ikan Gariang Terancam Punah, Gubernur Sumbar Lakukan Ini

Ririn Indriani Suara.Com
Selasa, 28 Maret 2017 | 23:12 WIB
Ikan Gariang Terancam Punah, Gubernur Sumbar Lakukan Ini
Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno. (Foto: Antara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Keberadaan ikan gariang (Neolissochilus) yang merupakan salah satu spesies asli di Danau Maninjau, Sumatera Barat, kini terancam punah akibat kondisi air yang mulai tercemar.

Untuk mengantisipasi hal itu, Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno dalam kunjungannya baru-baru ini menyempatkan diri untuk melepas 6.000 bibit ikan gariang ke Danau Maninjau. Tujuannya agar ikan asli danau vulkanik tersebut tidak punah.

Gubernur berharap ikan gariang bisa berkembang biak di Danau Maninjau dan populasinya tetap terjaga dan tidak mengalami kepunahan. Menurut dia, di Danau Maninjau ada beberapa spesies ikan asli namun sudah mulai punah seperti ikan asang, rinuak, gupareh, batok, sidat dan cide-cide.

"Kita berharap ikan gariang tidak ikut punah pula," kata Gubernur.

Sehubungan dengan itu, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat melalui Dinas Kelautan dan Perikanan terus mendorong peningkatan upaya menjaga populasi ikan tersebut tetap lestari.

"Salah satu upaya yang kita lakukan adalah terus mendorong penebaran benih ikan asli Danau Maninjau tersebut," katanya.

Selain itu juga dilakukan pendataan dan penertiban keramba jaring apung di danau itu agar bisa mengurangi pencemaran air. Pelepasan bibit ikan gariang dilaksanakan Irwan Prayitno yang didampingi Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sumbar Yosmeri dan Bupati Agam Indra Catri.

Sebelumnya, Kementerian Kelautan dan Perikanan juga menebarkan sekitar 150 ribu bibit ikan di Danau Maninjau sebagai upaya membatu pelestarian ikan asli danau itu yang mulai punah.

Kasubdin Pengendalian Lingkungan Ditjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Imam Indra Warman Burjezi berharap bibit ikan yang telah ditebarkan bisa berkembang dengan baik.

Selain itu juga diharapkan kondisi perairan Danau Maninjau akan membaik, setelah ikan-ikan itu memakan lumut dan plankton yang ada di perairan danau. Penebaran bibit-bibit ikan tersebut sebagai program Kementerian Kelautan dan Perikanan di 15 danau di Indonesia seperti Danau Maninjau, Singkarak, Toba, Tondano, Ligoto, Rawa dan lainnya.

Untuk Danau Maninjau, 150 ribu bibit ikan itu ditebar di delapan titik di antaranya Pangka Tanjuang, Sigiran, Mungko-mungko, Alai dan lainnya. Bibit ikan itu di tebar pada lokasi keramba milik kelompok tani.

Atasi Pencemaran
Pencemaran di Danau Maninjau akibat sebagian masyarakat selingkar danau sejak puluhan tahun lalu menjadikan tempat itu sebagai "ladang harapan" yakni untuk lokasi usaha perikanan air tawar.

Ribuan orang menggantungkan hidupnya sebagai nelayan dan budidaya di danau itu dengan perputaran uang diperkirakan hingga puluhan miliar rupiah. Masyarakat memanfaatkan danau sebagai nelayan tangkap atau nelayan budi daya menggunakan keramba jala apung (KJA).

Pada 2016, Pemerintah Kabupaten Agam mencatat jumlah KJA mencapai 17 ribu unit dan mulai berdampak pada lingkungan dan harus dibatasi.

Dampak keberadaan KJA itu mulai terasa, di mana KJA diduga ikut menyebabkan Danau Maninjau tercemar berat menyusul ketebalan sedimen pakan ikan di dasar danau vulkanis itu telah mencapai 50 juta meter kubik, kata pejabat Dinas Lingkungan Hidup Agam.

"Ini berdasarkan data yang kita peroleh dari Balai Wilayah Sungai Sumatera V Kementerian Pekerja Umum," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Agam, Yulnasri, saat pertemuan dengan Forum Masyarakat Adat Salingka Danau Maninjau (FMASDM).

Menumpuknya jumlah KJA di Danau Maninjau juga telah mengakibatkan kasus ikan mati mendadak nyaris terjadi setiap tahun dengan jumlah hingga ratusan ton dan menimbulkan kerugian materil puluhan sampai ratusan miliar rupiah. Musibah itu juga disebabkan gejala alam.

Sementara itu, untuk pengerukan sedimen pakan ikan, Pemkab Agam juga meminta bantuan kepada pemerintah pusat, karena biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan mesin penyedot sangat besar.

Pemerintah daerah Agam menganggarkan dana sekitar Rp400 juta pada 2017 untuk biaya operasional bagi sepuluh anggota Satuan Tugas dan pengadaan satu unit speed boat untuk atasi pencemaran di Danau ini.

Bupati dan Wakil Bupati telah bertemu dengan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar untuk membahas penyelamatan Danau Maninjau. Dalam pertemuan tersebut, Kementerian ESDM berjadi akan membantu teknologi penyedotan sedimen di Danau Maninjau.

"Kami berharap pengerukan sedimen ini segera dilakukan agar kondisi air danau vulkanis ini membaik," kata Yulnasri.

Ia mengimbau pembudidaya ikan agar tidak melakukan aktivitas untuk sementara waktu sehingga jumlah sedimen tidak bertambah. "Ini yang kami harapkan kepada pembudidaya ikan dan kita mohon dukungan mereka," jelas Yulnasri.

Ia menjelaskan sedimen di dasar Danau Maninjau akibat pertumbuhan KJA sangat pesat dan kini telah mencapai sekitar 17.226 petak. Sedangkan daya tampungnya sebagaima diatur Perda Nomor 5/2014 tentang Pengolahan Kelestarian Danau Maninjau hanya 6.000 KJA.

Dari kebiasaan pembudidaya ikan, jelasnya, mereka memberikan pakan ikan terlalu banyak sehingga banyak yang mengendap di dasar danau. "Tidak seluruh pakan dimakan ikan dan sebagian mengendap ke dasar danau," ujarnya.

Terkait hal ini, Ketua Komisi III DPRD Agam Arman Jaya Piliang mengharapkan masyarakat mendukung pengerukan sedimen di danau tersebut. Lalu, pemerintah daerah diminta mencarikan lokasi pembuangan 50 juta meter kubik, sehingga program tersebut berjalan baik dan Danau Maninjau menjadi bersih.

"Butuh dukungan semua pihak untuk menyelamatkan Danau Maninjau dari pencemaran," ujarnya. (Antara)

Baca Juga: Khofifah Tegaskan Muslimat NU Siap Jaga NKRI

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI