Suara.com - Isu SARA dan pertikaian di tengah pelaksanaan pemilihan kepala daerah Jakarta periode 2017-2022 sangat berbahaya bagi tumbuh kembang anak. Hampir setiap hari, anak-anak disuguhi tontonan intoleransi.
"Fenomena sebagaimana dalam surat tersebut menunjukkan bahwa konflik politik dalam pilkada DKI yang tidak toleran dan mengkafirkan paslon lain mempengaruhi perilaku anak yang juga bersikap intoleran dan mengkafirkan terhadap sesama anak," kata komisioner Komisi Perlindungan​ Anak Indonesia Maria Ulfah Anshor, Selasa (28/3/2017).
Pemandangan penuh intoleransi akhirnya ditiru oleh anak-anak.
Sebagai contoh seorang anak sekolah dasar menulis surat buat temannya dia anggap mendukung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Dia menyebut temannya akan menderita di akhirnya. Surat tersebut juga berisi kata-kata kasar dengan menyebutnya orang kafir dan pembela Kristen.
Maria mengingatkan betapa berbahayanya anak-anak yang sejak kecil sudah tertanam sikap intoleransi serta kebencian terhadap orang lain yang berbeda pilihan.
"Saya secara pribadi maupun sebagai komisioner sangat prihatin dengan fenomena tersebut. Oleh karena itu menghimbau kepada orangtua, guru, dan masyarakat untuk tidak melibatkan anak dalam konflik politik di pilkada atau di manapun dan tidak mengajak anak dalam forum-forum politik praktis," katanya.
Kasus tersebut merupakan tanggung jawab semua pihak, terutama orangtua. Orangtua harus membimbing mereka dengan baik agar jangan terpengaruh situasi politik jelang pilkada.
Anak-anak harus terus ditanamkan nilai toleransi terhadap sesama warga, meski beda keyakinan dan pilihan.
"Kami juga mengimbau kepada kepala daerah dan Dinas Pendidikan untuk memberi peringatan kepada guru-guru yang melibatkan anak-anak dalam politik praktis atau mengajarkan sikap-sikap intoleran tersebut. Kami juga mengimbau kepada KPUD untuk memberikan sanksi kepada parpol yang melibatkan anak dalam aktivitas politik," kata Maria.