Ada Ratusan Ribu Orang Luar Jakarta Disiapkan Ikut Mencoblos?

Selasa, 28 Maret 2017 | 14:56 WIB
Ada Ratusan Ribu Orang Luar Jakarta Disiapkan Ikut Mencoblos?
Petugas dan panitia mendistribusikan serta menyusun kotak dan surat suara di sejumlah TPS Kelurahan Menteng, Jakarta, Selasa (14/2/2017). [Suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
Anggota Dewan Penasihat Partai Gerakan Indonesia Muhammad Syafi'i yakin aksi massa bertema Al Quran 313 yang akan diselenggarakan Forum Umat Islam di Ibu Kota Jakarta pada Jumat (31/3/2017) akan berlangsung damai. Isu utama yang diangkat yaitu menuntut Presiden Joko Widodo mencopot Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dari jabatan gubernur karena sudah berstatus terdakwa perkara dugaan penodaan agama.

Justru yang perlu disoroti, menurut anggota Komisi III DPR, isu memobilisasi warga luar untuk datang ke Ibu Kota Jakarta.

"Yang perlu diwaspadai adalah membanjirnya warga tertentu dari berbagai provinsi ke Jakarta hari ini. Yang akan berusaha menjadi pemilih gelap. Itu sudah banyak. Dan didata saja, sekarang penduduk (Jakarta) sudah bertambah, pemilih-pemilih baru," kata Syafi'i.

Syafi'i mendapat informasi warga luar yang didatangkan ke Jakarta disiapkan untuk menjadi pemilih.

"Kalau hitungan saya ratusan ribu. Tim kami sudah mendata itu. Karena itu kami akan mengawal per-TPS (tempat pemungutan suara) dengan 100 orang relawan," katanya.

Syafi'i menyebut warga luar Jakarta tersebut sekarang sudah tersebar di hampir semua TPS.

"Dan sudah tersebar hampir semua TPS terutama di Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Barat, dan kemarin sudah masuk ke Jakarta Timur. Ini akan kami buka ketika saatnya. Kalau sekarang terlalu dini kalau kami buka. Nanti mereka bisa mengubah strategi,"‎ ujar dia.

Sayangnya, Syafi'if tidak menyebutkan siapa yang mendatangkan warga luar Jakarta itu dan mereka hendak diminta memilih calon yang mana.
 
Dia meminta KPUD mengecek informasi tersebut.

Syafi'i berasal dari partai pendukung Anies Baswedan-Sandiaga Uno. Anies dan Sandiaga menghadapi pasangan petahana Basuki Tjahaja Purnama - Djarot Saiful Hidayat.
 
Tamasya Al Maidah

Sudah hampir 100 ribu warga dari berbagai daerah di Indonesia yang mendaftar ikut aksi Tamasya Al Maidah pada 19 April 2017. Aksi yang digalang Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI dan Gerakan Kemenangan Jakarta tersebut untuk mengawasi tiap-tiap tempat pemungutan suara pada pilkada Jakarta putaran kedua.

"Yang daftar lewat aplikasi masih sedikit, belum capai 100 ribu," kata Wakil Ketua Gerakan Kemenangan Jakarta Farid Poniman kepada Suara.com.

Farid menambahkan target peserta aksi Tamasya Al Maidah sampai 1,3 orang.

Farid mengungkapkan di luar umat Islam yang mendaftar lewat aplikasi online Tamasya Al Maidah, masih banyak yang baru menyampaikan pemberitahuan lewat telepon.

"Banyak yang belum mendaftarkan aplikasi, tapi lewat telepon. Rombongan-rombongan begitu. Tapi nantinya memang semua diarahkan lewat aplikasi sehingga nanti penempatan di TPSnya jelas," kata dia.

Farid menekankan pentingnya mendaftar aksi lewat aplikasi agar mudah koordinasi.

Ketika ditanya warga daerah mana yang paling banyak mendaftar untuk ikut aksi, Farid mengatakan Provinsi Jawa Timur.

"Informasi aksi ini sudah diketahui semua jaringan yang dulu hadir di aksi 414 dan 212. Tapi tetap sesuai kemampuan masing-masing. Banyaknya dari Jatim, Jabodetabek, Kalimantan, Sumatera, Makassar juga banyak yang daftar," kata dia.

Sebelumnya, Ketua Gerakan Kemenangan Jakarta Kapitra Ampera mengatakan respon masyarakat terhadap aksi tersebut sangat tinggi.

"Orang berlomba untuk datang untuk mengambil peran. Ini soal Islam, untuk menjaga keseimbangan. Adil itu kan keseimbangan. Selama ini umat merasa tidak seimbang. Jadi, kita tuntut keseimbangan, keadilan, agar pilkada damai, berkualitas, transparan, untuk menjaga kedamaian Jakarta," katanya.

Menanggapi adanya gerakan penolakan terhadap aksi Tamasya Al Maidah dengan cara mengganggu aplikasi pendaftaran, Kapitra menganggap mereka tidak setuju pelaksanaan pilkada berlangsung aman dan adil.

"Kalau tidak ada yang tidak setuju, berarti tidak suka Jakarta damai, aman dalam pilkada yang akan datang," kata Kapitra.

Kapitra mengatakan gerakannya untuk mencegah penggunaan cara-cara tidak terpuji untuk memenangkan pilkada.

"Tidak boleh dengan kekuatan apapun untuk pilih salah satu pasangan calon, apakah itu intimidasi, apakah itu pakai uang, pengaruh jabatan, kekuatan fisik. Ini belajar dari pilkada putaran pertama lalu," katanya.







BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI