Suara.com - Belajar dari pilkada Jakarta putaran pertama, tim pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno meningkatkan pengawas di tempat-tempat pemungutan suara untuk mengantisipasi kecurangan.
"Satu posko bersama 300 orang, itu seluruh elemen. Di setiap kecamatan, kemudian di kota-kota, ya puluhan oranglah di TPS," kata wakil ketua tim suskes Anies-Sandiaga, Muhammad Taufik, di Jalan Cicurug, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (28/3/2017).
Pengerahan petugas pengawas untuk mencegah aksi intimidasi, seperti yang pernah terjadi pada 15 Februari lalu.
"Supaya tidak ada kayak Iwan Bopeng lagi. Dipersiapkan untuk orang nggak benar seperti Iwan Bopeng," ujar Taufik.
Iwan Bopeng nama aslinya Fredy Tuhenay. Dia tokoh masyarakat yang marah-marah di tempat pemungutan suara nomor 27, Jakarta Timur, untuk membela warga yang tak dapat memberikan hak pilih dan keceplosan kata "potong tentara."
Tapi, Taufik memastikan jika nanti ditemukan aksi intimidasi di TPS, petugas tidak akan melawannya dengan intimidasi. Petugas akan menghadapinya dengan pendekatan yang baik.
"Ya nggak penting pakai algojo. Kami taruh gini ukurannya apa, idealisme itu mengalahkan segala-galanya. Perang duit itu lawannya idealisme," tutur Taufik.
Jelang pencoblosan, tim Anies-Sandiaga akan mengerahkan relawan untuk ronda malam di lingkungan masing-masing. Ronda malam juga bertujuan untuk mengantisipasi kecurangan.
Begitu menemukan kasus yang mengarah pada kecurangan, relawan akan langsung menempuh jalur hukum.
"Kalau tertangkap tangan langsung polisi. Nggak usah diapa-apain, bawa aja ke polisi," kata Taufik.