Sedangkan Zulkifli Hasan dalam paparannya mengkritisi nilai-nilai Pancasila yang semakin lama akan semakin memudar jika bangsa Indonesia tidak menyadarinya dan memahami nilai-nilainya secara utuh.
"Bangsa ini harus cepat menyadari dan melakukan berbagai upaya konkrit untuk memahami kembali," tuturnya.
Diungkapkan, belakangan Pancasila hanya dijadikan sebagai aksesoris atau alat pembenar atas kepentingan kekuasaan suatu kelompok. Lebih parah lagi, ada sebagian masyarakat yang sudah meninggalkan Pancasila dan memilih mencari ideologi lain yang cenderung radikal dan anti terhadap keberagaman.
"Dimana-mana saya sampaikan, bangsa ini sudah memiliki konsep bernegara yang jelas. Kembali saja kepada Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945. Singkatnya kembali ke PBNU," ungkap Zulkifli yang disambut tepuk tangan peserta.
Baca Juga: Tommy Soeharto Kerjasama Bangun UMKM Bareng Muslimat NU
Refleksi kebangsaan yang digelar Muslimat NU diikuti oleh 34 Pimpinan Wilayah (PW) seluruh Indonesia dan 180 Pimpinan Cabang (PC) berprestasi.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa mengatakan diangkatnya "Pancasila, Agama, dan Negara" sebagai tema diskusi ini tidak lain karena adanya kegelisahan Muslimat NU terhadap format berbangsa dan bernegara yang dianggap telah melenceng dari cita-cita awal pendirian Indonesia.
"Bagaimana kemudian perbedaan yang ada ditengah-tengah masyarakat dapat dilihat sebagai rahmat, bukan malah membuat perpecahan dan friksi," tuturnya.
Menurutnya, diskusi tersebut merupakan langkah awal bagi para kader di wilayah maupun cabang untuk mengadakan diskusi serupa dengan patokan tema yang sama.
“Para kader bisa memperbaharui tema seperti Pancasila dan NU, Pancasila dan Negara, Pancasila dan Agama, Pancasila dan Aswaja, serta tema-tema sejenis asal masih dalam koridor ketiga aspek yang dimaksud,” imbuhnya.