Wartawan senior Tempo Ahmad Taufik Jufri meninggal pada Rabu (23/3/2017) petang, pukul 18:50 WIB di rumah sakit Medistra, Jakarta Selatan. Ahmad Taufik yang kerap disapa AT itu meninggal karena kanker paru-paru pada usia 52 tahun.
Pria yang akrab disapa AT tersebut dikenal sebagai wartawan pejuang kebebasan pers. Pada 1995, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menghukumnya 2 tahun 8 bulan penjara. AT dianggap menyebarkan kebencian dan permusuhan kepada pemerintahan Orde Baru Soeharto. Dia bersama sejumlah jurnalis dianggap memusuhi rezim lantaran mendirikan organisasi Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan menerbitkan media tanpa surat izin.
Salah satu sahabat terdekat AT yang pernah sama-sama di penjara, Eko Maryadi menceritakan bahwa sosok Ate yang ia kenal adalah sosok ang sangat baik. Ia bahkan mengaku selama puluhan tahun mereka bersahabat, AT dan dirinya tidak pernah bertengkar sekalipun. Ketika AT tidak setuju dengan seseorang, ia memilih menjauh daripada memunculkan pertengkaran.
Baca Juga: AJI Protes Larangan Siaran Langsung Sidang e-KTP
"Bahkan ketika pilihan politik kami berbeda, tetap saling sapa dan silaturahmi tanya kabar. Itu yang paling membuat saya kehilangan. Dimana politik memecah belah, kita tetap sahabat. Enggak peduli pilih partai apa, kami tetap bersatu saling menjaga," kata pria yang akrab disapa Item tersebut dalam acara pemakaman AT di Taman Pemakaman Umum (TPU) Karet Kebembem, Jakarta Pusat, Jumat (24/3/2017).
Semasa masih aktif sebagai wartawan, Item mengungkapkan AT sering kali berbenturan dengan editornya karena berbeda paham. Terutama jika menyangkut sudut pandang sebuah pemberitaan yang menurutnya lebih menarik daripada permintaan redaksi. "Taufik orang yang punya prinsip, kalau menurut dia A berarti A bukan B," kenang Item.
Item mengenang pengalaman mereka saat dipenjara karena dianggap melawan Rezim Orde Baru. Menurut Eko, meski mereka hidup susah di penjara namun Taufik tidak pernah mengeluh. Namun, pada saat ayahnya meninggal dunia tahun 1996, Taufik tidak diizinkan melayat sehingga dia menuliskan hal tersebut dan dimuat di beberapa media. Akibatnya Ate a dipindahkan dari Lembaga Permasyarakatan (LP) Cirebon tempatnya saat itu.
"Saat itu di LP Cirebon lalu Taufik dipindah ke LP Kuningan," ujar pria yang juga pernah menjabat sebagai Ketua Umum AJI Indonesia tersebut.
Selama mereka dipenjara, sempat mengalami perpindahan lapas sebanyak empat kali. Namun AT mengalami perpindahan sebanyak lima kali karena insiden tersebut. Eko berharap, perjuangan AT tidak akan berakhir sampai di sini. Menurutnya, akan ada Ahmad Taufik lainnya yang meneruskan perjuangan.
"Saya berdoa ada Ahmad Taufik lain yang lahir di bumi pertiwi ini. Bukan hanya membela kebebasan pers, membela kebebasan media, media yang profesional dan beretika tapi juga orang-orang yang berani membela rakyat kecil, membela orang-orang yang lemah dan itu yang dilakukan Taufik sejak saya kenal dia sampai tutup usia," tutup Item.