Suara.com - Direktur lembaga Populi Center Usep S. Ahyar mengkritik masa kampanye pilkada Jakarta periode 2017-2022 yang tergolong lama. Menurutnya itu tidak memberikan pendidikan politik, sebaliknya justru memperpanjang apa yang disebut Usep sebagai tawuran politik.
"Saya mengkritik panjangnya kampanye tidak seperti kampanye sebelumnya. Menurut saya memang misalnya tujuan kampanye itu membuat pendidikan politik, tapi ini kan persoalan dan kenapa ini diperpanjang. Kampanye ini sama dengan tawuran, memperpanjang tawuran dan perkelahian," ujar Usep dalam diskusi bertema Potret Intoleransi Jelang Pilkada DKI Jakarta Putaran Kedua di kantor Setara Institute, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (23/3/2017).
Usep menilai potret intoleransi di Jakarta sangat mengkhawatirkan.
Hasil survei yang dilakukan lembaga Populi Center menunjukkan 71, 4 persen warga menilai intoleransi di Ibu Kota sudah dalam taraf mengkhawatirkan.
"Kalau kita mau cek, tidak ada pendidikan politik. Yang ada itu sebenarnya bagaimana intoleran dan isu SARA, itu mengerikan. Potret itu sangat tinggi bagaimana bapak, ibu, saudara itu yang menjawab sangat mengkhawatirkan, yang menjawab sangat mengkhawatirkan itu 71,4 persen," kata dia.
Usep menduga intoleransi disebabkan oleh masa kampanye yang begitu lama dan diwarnai isu SARA.
"Dan itu terutama menurut dugaan kami disumbangkan saat kampanye dengan berita hoax dan tidak ada faktanya dan nyerempet isu SARA," kata dia.
Pilkada Jakarta putaran kedua diikuti pasangan Basuki Tjahaja Purnama -Djarot Saiful Hidayat dan Anies Baswedan - Sandiaga Uno.