Kemensos Latih Jurnalis untuk Menanggulangi Bencana

Adhitya Himawan Suara.Com
Kamis, 23 Maret 2017 | 08:50 WIB
Kemensos Latih Jurnalis untuk Menanggulangi Bencana
Kementerian Sosial menggelar pelatihan penanggulangan bencana untuk jurnalis. [Dok Kementerian Sosial]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Kementerian Sosial menggelar pelatihan penanggulangan bencana bagi para Jurnalis di Jakarta pada 22-24 Maret 2017.

Pelatihan yang diikuti puluhan jurnalis cetak, elektronik, maupun online tersebut dipusatkan di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta. Para Jurnalis yang dilatih nantinya akan dikukuhkan sebagai Jurnalis Sahabat Taruna Siaga Bencana (JUGANA).

Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan pelatihan itu tidak lain untuk meningkatkan ilmu pengetahuan para wartawan dalam pemasalahan bencana. Dalam pelatihan itu para wartawan dibekali ilmu tentang konsep dan karakteristik bencana, penanganan tanggap darurat bencana dan proses rehabilitasi sosial korban bencana.

Baca Juga: Agar Bisa Atasi Kemiskinan, Kepala Daerah Harus Paham TKPD

"Nanti ada simulasi sekaligus praktik. Jadi tidak cuma teori saja. Peserta akan diajari bagaimana cara mendirikan tenda, dapur umum dan air bersih, juga water rescue ," kata Khofifah Rabu (22/3/2017).

Khofifah mengungkapkan, Kementerian Sosial aktif membangun sinergitas dengan berbagai komunitas guna membantu masyarakat yang mengalami musibah. Sebelumnya, Kemensos juga memberikan pelatihan kepada Banser Ansor Sahabat Tagana, Sahabat Tagana Difabel, Pramuka Sahabat Tagana (PRAGANA), RAPI Sahabat Tagana (RAGANA) dan Mahasiswa Pencinta Alam Siaga Bencana (MAPAGA)

Menurut Khofifah, peran jurnalis dalam penanganan bencana sangat besar. Jurnalis tidak sekedar menyampaikan informasi bencana, namun juga ikut menstimulasi dan memobilisir bantuan serta berbagai kebutuhan korban bencana. Singkatnya, jurnalis dan media memiliki "kekuatan dahsyat" dalam penanganan bencana.

Sementara keberadaan Sahabat Tagana sendiri, lanjut Khofifah, sangat penting mengingat Indonesia merupakan daerah rawan bencana, sehingga diperlukan peran serta masyarakat dalam penanganan korban bencana alam.

Khofifah menerangkan, Data Badan Nasional Penanganan Bencana (BNPB) mencatat ada 323 kabupaten/kota yang berpotensi tinggi atau rawan bencana alam.

Tercatat sepanjang 2015 setidaknya ada 162 kejadian bencana di Indonesia dan berdasarkan data serta informasi bencana Indonesia disebutkan jumlah korban meninggal mencapai 9.333 jiwa, 22.855 jiwa luka-luka. 1.418.947 mengungsi dan 108.994 unit rumah rusak ringan dan 96.317 unit rusak berat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI