Dua petani pegunungan Kendeng, Gunarti dan Gunarto, diterima Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Rabu (22/3/2017). Kedua petani datang sebagai delegasi Aliansi Masyarakat Adat Nusantara .
Usai Jokowi pidato, berlangsung acara foto bersama. Tapi, Gunarti memilih menyingkir dari kerumunan, lalu berdiri di pojok pilar.
Tiba-tiba, Gunarti yang mengenakan kostum adat Jawa menangis.
Tak lama kemudian, Gunarti dan rekannya, Gunarto, menghampiri Jokowi untuk bersalaman. Mereka sempat berbincang.
Gunarti menyerahkan secarik kertas kepada Jokowi. Dia menanyakan keberadaan PT. Semen Indonesia di Rembang, Jawa Tengah, sampai hari ini ditolak warga.
"Bapak kami petani pegunungan Kendeng. Bagaimana dengan pabrik semen yang masih beroperasi di Rembang?" kata Gunarti.
Jokowi mengatakan kasus pabrik Semen Indonesia akan diselesaikan di tingkat provinsi.
"Ya, diselesaikan dulu di tingkat provinsi, di gubernur, Pak Ganjar Pranowo, baru ke saya. Jangan apa-apa ke saya," ujar dia.
Usai pertemuan, Gunarti mengaku sebenarnya ingin menyampaikan banyak hal kepada Jokowi tentang permasalahan di tengah masyarakat pegunungan Gendeng sejak ada pabrik semen.
"Saya penginnya sih bicara baik-baik, dikasih waktu dari bicara dari hati ke hati, ibaratnya anak sama Bapak begitu. Tetapi saya nggak punya kesempatan itu, ya saya datang ke sini sebenarnya harapannya itu," tutur dia.
Kertas yang diserahkan kepada Jokowi tadi, kata dia, berisi tembang pangkur. Tadinya, dia ingin menyanyikannya, tetapi tak diberi kesempatan.
"Saya menulis dua tembang pangkur yang ingin saya tembangkan di depan Bapak Jokowi, tapi nggak ada kesempatan. Kertasnya sudah saya kasihan ke Pak Jokowi," kata dia.
Keberadaan pabrik semen menjadi alasan 50 petani pegunungan Kendeng demonstrasi dengan cara mengecor kaki di depan Istana Merdeka, Jakarta. Kemarin, salah satu petani bernama Patmi (48), meninggal dunia.
Mereka memprotes keberadaan Semen Indonesia di Rembang karena mengancam kelestarian lingkungan dan pertanian masyarakat.
Usai Jokowi pidato, berlangsung acara foto bersama. Tapi, Gunarti memilih menyingkir dari kerumunan, lalu berdiri di pojok pilar.
Tiba-tiba, Gunarti yang mengenakan kostum adat Jawa menangis.
Tak lama kemudian, Gunarti dan rekannya, Gunarto, menghampiri Jokowi untuk bersalaman. Mereka sempat berbincang.
Gunarti menyerahkan secarik kertas kepada Jokowi. Dia menanyakan keberadaan PT. Semen Indonesia di Rembang, Jawa Tengah, sampai hari ini ditolak warga.
"Bapak kami petani pegunungan Kendeng. Bagaimana dengan pabrik semen yang masih beroperasi di Rembang?" kata Gunarti.
Jokowi mengatakan kasus pabrik Semen Indonesia akan diselesaikan di tingkat provinsi.
"Ya, diselesaikan dulu di tingkat provinsi, di gubernur, Pak Ganjar Pranowo, baru ke saya. Jangan apa-apa ke saya," ujar dia.
Usai pertemuan, Gunarti mengaku sebenarnya ingin menyampaikan banyak hal kepada Jokowi tentang permasalahan di tengah masyarakat pegunungan Gendeng sejak ada pabrik semen.
"Saya penginnya sih bicara baik-baik, dikasih waktu dari bicara dari hati ke hati, ibaratnya anak sama Bapak begitu. Tetapi saya nggak punya kesempatan itu, ya saya datang ke sini sebenarnya harapannya itu," tutur dia.
Kertas yang diserahkan kepada Jokowi tadi, kata dia, berisi tembang pangkur. Tadinya, dia ingin menyanyikannya, tetapi tak diberi kesempatan.
"Saya menulis dua tembang pangkur yang ingin saya tembangkan di depan Bapak Jokowi, tapi nggak ada kesempatan. Kertasnya sudah saya kasihan ke Pak Jokowi," kata dia.
Keberadaan pabrik semen menjadi alasan 50 petani pegunungan Kendeng demonstrasi dengan cara mengecor kaki di depan Istana Merdeka, Jakarta. Kemarin, salah satu petani bernama Patmi (48), meninggal dunia.
Mereka memprotes keberadaan Semen Indonesia di Rembang karena mengancam kelestarian lingkungan dan pertanian masyarakat.