Di sisi lain, Hinca menerangkan, SBY sudah lama memiliki keinginan untuk menyerahkan kendaraan tersebut kepada negara. Bahkan, staf dan unsur Paspampres sudah dibertahui oleh SBY.
"Etika bernegara yang baik oleh SBY ditunjukan. Maka 2 hari yang lalu Grup D Paspampres mengurus proses pengembaliannya. Niat baik SBY sudah disusun dan dirancang beberapa waktu yang lalu pada kenyataannya hari ini beliau dikecewakan pemberitaan miring yang beredar. Padahal, baru saja negeri ini disejukan oleh pertemuan Istana (Presiden Jokowi) dengan Presiden keenam (SBY) bebrapa waktu lalu," kata dia.
Pemberitaan soal mobil SBY ini muncul dari Kepala Sekretariat Presiden Darmasjah Djumala. Hinca beranggapan, pernyataan Darmasjah keliru dan membuat pilu.
"Media sosial kini ramai tidak beraturan, kembali hadir banyak caci setelah pemberitaan ini. Apa yang dihendaki oleh narasumber maupun penulis berita? Pemakaian kata dalam memberikan statement perlu diperhatikan lebih baik lagi oleh pihak Istana untuk ke depannya. Penting dalam komunikasi politik," tuturnya.
Baca Juga: Mobil Dinas Jokowi Sering Mogok, SBY Belum Kembalikan Mobil RI-1
Dia beranggapan Djumala mencoba beretorika yang menurut Aristoteles, retorika memiliki tiga aspek pembuktian yaitu Logika, Etika, dan Emosional. Tiga aspek ini, kata Hinca tidak dipenuhi dengan baik oleh Djumala. Sehingga, sambungnya, retorika yang disampaikan Djumala mengandung kesesatan berpikir.
"Tendensi untuk menyudutkan SBY sangat jelas dengan pemberitaan yang sudah tersebar. Oleh karenanya patut diperbaiki oleh istana," kata Hinca.
Lebih jauh, Hinca menganggap politik adu domba tercium dalam pemberitaan ini. Dia juga menduga, ada yang berkepentingan dalam hubungan Presiden keenam SBY dan Presiden Jokowi.
"Presiden Jokowi perlu mencermati setiap pernyataan tokoh publik yang acap kali mencoba mengadu domba beliau dengan Bapak SBY. Penting!" ujarnya.
Hinfa menambahkan, klarifikasi ini adalah langkah awal yang dituntut ke Istana. Dia pun berharap jangan ada upaya-upaya di internal istana yang menganggu hubungan baik presiden Jokowi dan Presiden keenam SBY demi kepentingan sendiri atau kelompoknya.
"Terakhir, mari ciptakan situasi politik yang sejuk dan santun dalam bernegara. Sebab hal tersebut adalah edukasi politik yang murah dan mudah," kata Hinca.