Kapolri Jelaskan Asal Muasal Konflik

Selasa, 21 Maret 2017 | 19:31 WIB
Kapolri Jelaskan Asal Muasal Konflik
Majelis Ulama Indonesia (MUI) menggelar dialog bersama Kapolri Jenderal Tito Karnavian di Gedung MUI, Jakarta, Selasa (21/3/2017). [Suara.com/Oke Atmaja]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Di acara dialog yang diselenggarakan Dewan Pengawas Majelis Ulama Indonesia, Selasa (21/3/2017), Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan tantangan berat Indonesia saat ini yaitu ketimpangan ekonomi yang semakin hari semakin jauh. Kondisi ini merupakan sumber utama timbulnya konflik sosial di tengah masyarakat.

"Coba kita melihat pada Singapura yang baru merdeka tahun 1967. Mereka bisa menyejahterakan rakyatnya. Kalau kita lihat demografinya, dia saat ini menjadi dua piramida yang terbalik," kata Tito di kantor MUI, Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat.

Masyarakat di semua level ekonomi di Singapura, kata dia, tidak ada satupun yang meminta merdeka dari negaranya sendiri. Padahal, pemilik tanah di sana mayoritas bangsa Melayu, bukan Cina. Orang-orang Melayu tidak pernah mewacanakan untuk merdeka, meskipun Cina menguasai.

Bukan cuma di Singapura, hal sama juga terjadi di negara New Zealand. Di sana, pemilik tanah mayoritas orang bangsa Maori, tapi dikuasai oleh orang Inggris. Dulu memang pernah terjadi konflik, tapi setelah ada perjanjian, sekarang mereka hidup damai.

Berbeda dengan Indonesia. Warga satu ras mudah sekali disulut konflik dengan ras yang lain. Bahkan, hingga ada kelompok masyarakat yang ingin merdeka sendiri. Kondisi ini, tidak lain dipicu tingginya disparitas si kaya dan si miskin.

"Gini ratio masih tinggi di Indonesia. Jika lihat sistem demografi kita, bentunya itu piramida. Sedikit high class, berkembang middle cals, dan banyak low class, masih kurang educated. Banyak yang tinggal di bawah kolong, masih banyak yang hak-haknya belum terpenuhi sebagai warga negara. Problem yang menurut saya sebagai tantangan untuk kita semua," tutur Tito.

Jika masalah tersebut tidak segera teratasi, masyarakat di posisi bawah akan bereaksi. Apalagi masyarakat kecil merupakan pribumi. Sedangkan yang jadi masyarakat atas adalah ras atau agama yang berbeda.

"Sehingga sentimen ras dan sentimen agama bisa menjadi pencetus untuk bergejolaknya low class. Masyarakat miskin perkotaan, petani, nelayan dan lain-lain itu. Ini saya kira tantangan kita pertama," ujar Tito.

Struktur sosial seperti itu harus segera diubah. Kesejahteraan masyarakat kecil harus segera ditingkatkan. Jika lamban ditangani, apalagi dipicu oleh konflik politik, agama dan kesukuan, maka akan menjadi kerawanan tersendiri bagi Indonesia.

"Ini menjadi kerawanan perpecahan kita," kata Tito.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI