Analis: 10 Juta, dari 250 Juta Penduduk Indonesia Radikal

Selasa, 21 Maret 2017 | 01:03 WIB
Analis: 10 Juta, dari 250 Juta Penduduk Indonesia Radikal
Pengamat politik yang kini menjadi Komisaris Perum Lembaga Kantor Berita Nasional Antara Boni Hargens [suara.com/Ummi Hadyah Saleh]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pengamat politik dari Universitas Indonesia Boni Hargens memandang radikalisme saat ini sebagai musuh terbesar masyarakat di Tanah Air.

"Sekarang perang kita bukan lagi melawan Malaysia atau Singapura, melainkan perang melawan ideologi-ideologi yang mengacuhkan kemanusiaan, seperti radikalisme," ujarnya, dalam diskusi ‘Merawat Kebangsaan’ di Jakarta, Senin (20/3/2017).

Menurut dia, kekuatan asing tidak hanya membawa pengaruh pada aspek ekonomi dan politik di Indonesia. Radikalisme yang saat ini menyebar di Indonesia, merupakan sebuah ajaran yang ditularkan dari luar negeri.

"Khusus dalam Pilkada DKI Jakarta ini, kami amati banyak sekali propaganda di rumah ibadah dan berbagai komunitas yang terus meneriakkan anti terhadap nonmuslim yang merupakan suatu perlakuan radikal," katanya lagi.

Baca Juga: Pesan Kiai Hasyim pada Dunia Kampus: Jangan Munculkan Radikalisme

Tindakan tersebut, lanjutnya, merupakan pembelajaran yang sangat buruk untuk generasi ke depan.

"Karena itu, saya menganggap ini ancaman serius bagi eksistensi suatu bangsa," ujar Boni pula.

Karena itu, ia mengajak publik untuk mulai meninggalkan budaya "silent majority", dengan sebagian besar masyarakat hanya memilih diam, walaupun menyadari banyak tindakan radikal.

"Antiradikalisme ini harus kita suarakan. Kalau dari 250 juta penduduk Indonesia, sekitar lima hingga 10 juta merupakan kaum radikal dengan mereka setiap hari berpikir sistematis untuk membuat kekacauan, maka kita 240 juta itu hanya akan tidur nyenyak hingga 'tumbang' semua," kata dia pula. 

Baca Juga: Khofifah Kenang Hasyim Muzadi Sebagai Sosok Anti Radikalisme

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI