"Pak Karno, Pak Habibie, dan Pak Jokowi, itu kan insinyur, tapi mereka terbukti handal di dalam mengemban jabatan politik sebagai presiden, bahkan kepemimpinannya dan prestasinya diakui oleh dunia internasional," kata Arteria.
Arteria mengatakan di negara-negara maju, bahkan negara yang demokrasinya konservatif, mayoritas politikus berasal dari barbagai latar belakang disiplin.
"Terutama untuk mereka yang mengisi jabatan politik di legislatif, adalah suatu keniscayaan dan mutlak hukumnya bagi partai politik untuk menghadirkan legislator-legislator handal yang berasal dari latar belakang pendidikan yang berbeda-beda," kata Arteria.
Arteria berharap pendapat Menteri Nasir cuma kekeliruan yang tidak disengaja.
"Seharusnya bukannya insinyur menjadi politikus. Seharusnya analogi yang dibangun seperti insinyur menjadi kepala perpustakaan, atau sarjana arsip menjadi kepala RSUD atau insinyur menjadi pegawai teller di lembaga perbankan atau sarjana hukum menjadi kepala dinas pekerjaan umum. Itu pun masih kita pertanyakan," kata Arteria.