Tim sukses pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat, Eva Kusuma Sundari, mengungkapkan kekuatan utama untuk memenangkan bursa pilkada Jakarta periode 2017-2022 yaitu mesin partai pengusung.
"Ini riset dan ilmiah ya, di pilkada DKI ini kekuatan utama adalah mesin politik, bukan figur, bukan elit," ujar Eva, Jumat (17/3/2017).
Eva menyontohkan kasus kekalahan pasangan Agus Harimurti Yudhoyono - Sylviana Murni di pilkada Jakarta putaran pertama pada 15 Februari 2017 lalu. Faktor utama penyebabnya, menurut politisi PDI Perjuangan, mesin partai pengusung: Demokrat, PKB, PPP, dan PAN, bekerja kurang maksimal.
"Itu boleh Mas Agus didukung berapa partai, tapi kalau mesin politik partai-partai itu nggak jalan ya nggak ada suara. Ini beda dengan pilkada di luar jakarta yang figur itu dominan faktornya. Kalau di kita nggak bisa begitu," kata Eva.
Contoh lain yang disebutkan Eva kasus kekalahan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta Fauzi Bowo - Nachrowi Ramli tahun 2012 ketika menghadapi duet pendatang baru, Joko Widodo - Ahok.
"Kamu ingat Fauzi Bowo didukung delapan partai lawan PDIP sama Gerindra yang nggak ada kursi (di DPRD), tapi kan mesin partai jalan. Yang putaran satu kemarin juga kelihatan kan, Mas Agus banyak partainya tapi ya tergantung mesin politiknya," kata dia.
Lantas, apakah partai pengusung Ahok-Djarot: PDI Perjuangan, Golkar, Nasdem, Hanura, dan PPP kubu Djan Faridz, solid, mengingat beredar selentingan mereka kurang kompak di lapangan.
"Ya tentu PDIP dan partai yang lain jalan semua dengan derajat yang masing-masing. Tapi teman-teman yang ada di DPR yang pasti nggak bisa diharapkan seperti kita harap. Kalau Golkar kan di DKI lumayan tinggi kursinya," kata Eva.
Pilkada Jakarta periode 2017-2022 putaran kedua diikuti pasangan Ahok-Djarot dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
"Ini riset dan ilmiah ya, di pilkada DKI ini kekuatan utama adalah mesin politik, bukan figur, bukan elit," ujar Eva, Jumat (17/3/2017).
Eva menyontohkan kasus kekalahan pasangan Agus Harimurti Yudhoyono - Sylviana Murni di pilkada Jakarta putaran pertama pada 15 Februari 2017 lalu. Faktor utama penyebabnya, menurut politisi PDI Perjuangan, mesin partai pengusung: Demokrat, PKB, PPP, dan PAN, bekerja kurang maksimal.
"Itu boleh Mas Agus didukung berapa partai, tapi kalau mesin politik partai-partai itu nggak jalan ya nggak ada suara. Ini beda dengan pilkada di luar jakarta yang figur itu dominan faktornya. Kalau di kita nggak bisa begitu," kata Eva.
Contoh lain yang disebutkan Eva kasus kekalahan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta Fauzi Bowo - Nachrowi Ramli tahun 2012 ketika menghadapi duet pendatang baru, Joko Widodo - Ahok.
"Kamu ingat Fauzi Bowo didukung delapan partai lawan PDIP sama Gerindra yang nggak ada kursi (di DPRD), tapi kan mesin partai jalan. Yang putaran satu kemarin juga kelihatan kan, Mas Agus banyak partainya tapi ya tergantung mesin politiknya," kata dia.
Lantas, apakah partai pengusung Ahok-Djarot: PDI Perjuangan, Golkar, Nasdem, Hanura, dan PPP kubu Djan Faridz, solid, mengingat beredar selentingan mereka kurang kompak di lapangan.
"Ya tentu PDIP dan partai yang lain jalan semua dengan derajat yang masing-masing. Tapi teman-teman yang ada di DPR yang pasti nggak bisa diharapkan seperti kita harap. Kalau Golkar kan di DKI lumayan tinggi kursinya," kata Eva.
Pilkada Jakarta periode 2017-2022 putaran kedua diikuti pasangan Ahok-Djarot dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.